• 2
  • IMG_20150423_133609
  • IMG_7489
  • javascript image slider
  • IMG_7497
21 IMG_20150423_1336092 IMG_74893 IMG_75854 IMG_74975
jquery image carousel by WOWSlider.com v8.8

Kamis, 28 September 2017

Kelezatan Kecap




B
urhan adalah seorang anak tunggal. Burhan hidup bersama ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal. Pekerjaan ibunya sehari- hari adalah pedagang nasi goreng. Burhan sangat suka sekali dengan kecap sehingga dijuluki anak kecap. Kulit Burhan berwarna hitam seperti kecap tetapi bukan karena sering memakan kecap. Kulit Burhan hitam karena sudah keturunan dari ayahnya.
     “Burhan dimana kecap ibu?” tanya ibu kepada anaknya
      Suara ibu terdengar sampai  keluar rumah, dikarenakan kecap untuk nasi goreng pagi ini isinya hanya botolnya saja. Burhan mengumpat di balik bantal.
     “Dasar anak kecap kamu!” teriak ibunya lagi.
     “Jadi ibu siapanya kecap?!” terdengar sahutan dari kamar
     “Menjawab lagi! Sudah sana tolong belikan kecap, tidak enak nasi gorengnya kalau tidak pakai kecap. Cepat!”
     Tanpa dikomando, Burhan langsung saja melompat dari kasur. BUM! Terdengar bunyi sesuatu jatuh di lantai. Semacam semen satu sak dilemparkan ke tanah, diususul suara ADUUHH.
      “Apa lagi yang kamu jatuhkan, Burhan? Aduh ini anak… ya ampun!”.
      “Burhan yang jatuh bu, sakit,” ringisnya.
“Rasakan itu , masih di dunia saja kalau bikin kesel hati ibu, sudah dapat balasan! Apalagi di akhirat!”
“Iya bu. Burhan mohon maaf. Tadi malam Burhan lapar sekali, tidak ada sayur, jadi kecapnya burhan habiskan.
     Si ibu cuma bisa menghela nafas. Ibunya heran karena waktu hamil Burhan tidak pernah mengidam kecap.
     ”Ini kok bisa kamu suka sekali makan kecap?,”ucap ibu
“Sudah bu, omelannya. Nanti ibu nambah cantik kalau marah,” ucap Burhan. Burhan mencoba membujuk ibu tersayangnya itu.
“Dasar! Cepat beli kecap sana!,”ucap ibu
Dengan langkah yang cepat, Burhan langsung pergi ke warung Ibu Jamilah untuk membeli kecap.
      Si Burhan tidak mau makan kalau tidak ada kecap di piringnya. Dia pernah berkata, “Nasi tanpa kecap itu bagai malam tanpa bulan dan bintang atau bagai taman tanpa bunga…”. Pernah suatu hari Burhan dan temanya kemping perpisahan sekolah ke Puncak, Burhan lupa membawa kecap. Selama seharian Burhan sedih! Bawaannya lemas, bicaranya tidak jelas, tidak mau makan, dibujuk oleh perempuan yang dia taksir sejak lama juga dia tidak makan. Teman-temannya jadi kasihan terhadap Burhan.
      Teman- teman Burhan melakukan hompimpa.Setelah hompimpa, mereka yang kalah mencari kecap ke warung di pemukiman penduduk, di mana tempat mereka camping dengan kampung penduduk jauh sekali. Jalan kaki dua kilometer ke kampung! Tetapi demi Burhan, si teman yang kebetulan kalah hompimpa, setengah hati menerimanya
“Tenang, Han, demi kamu, saya rela pergi ke kampong mencari kecap!” ucap teman yang kalah dengan jantan, padahal dalam hati terpaksa sekali.
Setelah susah payah mendaki gunung lewati lembah, si teman berhasil membawa kecap untuk Burhan walaupun dapatnya hanya satu sachet ukuran dua ratus lima puluh mili liter.
“Aduh, terima kasih sekali! kamu sudah menyelamatkan hidup saya,” ucap Burhan. Burhan sampai memeluk temannya sambil tersedu-sedu. Teman-teman yang melihatnya juga jadi menitikkan air mata pertanda terharu.
     Setelah itu seperti prajurit habis perang, Burhan balas dendam. Sekali santap, dua piring habis. Tapi karena jatah kecapnya hanya satu sachet, Burhan jadi irit. Campingnya masih dua hari lagi. Dari peristiwa itu Burhan tidak pernah lupa lagi membawa kecap kemana-mana.
     Suatu kali, ketika SMA, mereka dapat tugas mengarang oleh guru bahasa Indonesia, temanya adalah “Makanan Favorit”. Sudah pasti tidak usah ditebak, Burhan membuat judul karangannya ”Kekuatan  Kecap”.Karena di antara semua karangan siswa punya Burhan yang beda sendiri, Burhan jadi terpilih mewakili teman-temannya maju membacakan hasil karangan. Burhan maju ke dapan kelas.
”Namaku Burhan bin Muhammad Salim, kalian cukup memanggiku Burhan. Makanan favoritku adalah kecap, aku suka kecap, kalau kalian tanya kenapa aku suka, aku tidak bisa memberikan alasannya, aku dan kecap itu seperti definisi cinta. Kata buku yang saya baca, jika benar-benar cinta kau tak akan mampu memberikan alasannya.Rasa kecap itu unik, kawan. Manis-manis asin. Jika dicampur pada makanan lain, rasanya akan terus membaur bersama makanan. Kata ibu, hidup juga begitu, kadang manis, kadang juga asin, kitalah yang harus menyesuaikan diri menerimanya, mencampurnya dengan sikap hidup, agar hidup
ini bisa lebih berasa, seperti kecap.”
 Burhan mulai berfilosofi. Kawan-kawannya hening, menunggu penuturan Burhan selanjutnya.
“Kecap itu dari kedelai, kawan. Kalian tau makna dari kedelai??? Kedelai, walaupun kau olah jadi apa saja: tahu, tempe, susu, atau kecap, baunya akan terus terasa, Itulah filosofi kedelai.“Itu baru asal mulanya. Kalian pernah lihat botol kecap? Cobalah tuangkan air putih ke dalam botol kecap kosong yang belum dicuci bersih, lantas kocok. Amati apa yang terjadi: air di dalamnya tetap keruh karena masih tercampur sisa kecap yang tertinggal di dasar atau dinding botol. Bila ingin air tersebut tetap bening saat ditaruh dalam botol kecap, sudah barang tentu botol tersebut perlu dibersihkan tak hanya bagian luar botol, tetapi bagian dalamnya juga.Nah. Itu artinya, bila kita ingin membersihkan diri dari segala perbuatan tercela yang pernah dilakukan sebagai sebuah pertobatan, ibarat botol kecap dan air. Botol kecap diibaratkan harta yang dicari dan air putih itu adalah doa dan amal ibadah. Keduanya tidak mungkin bersatu. Sebab itu di saat seseorang ingin menyucikan dirinya, semua kotoran di dalam diri dan hartanya harus dibersihkan. Seperti membersihkan botol kecap tadi, kita harus sering-sering menuangkan air putih ke dalamnya secara terus menerus seperti sedekah, amal soleh, infaq, zakat, agar harta kita bisa benar-benar bersih.”
     “Kecap juga mengandung vitamin dan zat besi yang membuat kita sehat. Itulah, kawan, alasan kuat kenapa aku suka pada kecap.
Dalam sebotol kecap ada banyak filosofinya, selain banyak rasa juga. Tapi jangan kau sangka aku hitam karena kecap, kawan, sebab kulitku hitam bukan karena makan kecap setiap hari. Aku hitam karena aku orang Indonesia tulen.”
 Plok  plok plok . Burhan dapat tepuk tangan dari kawan-kawan sekelasnya, sebagian dari mereka malah ada yang berdiri menunjukkan penghormatan dan kagum pada Burhan. Bu guru juga memberikan senyumnya yang menawan.Burhan turun panggung terasa pemenang, tak disangka ternyata kecap yang karenanya tadi pagi dia diomelin sama sang ibu, hari ini di sekolah telah membuatnya bangga menjadi penggemar sejati kecap. Kecap membuatnya jadi tambah percaya diri, padahal tugas mengarang yang disuruh bu guru semalam itu filosofinya dia ambil dari internet, habisnya dia tidak tahu ingin cerita apa, karena dia juga tidak bisa memberi alasan kenapa sangat suka pada kecap, seperti yang dia tuturkan di awal karangannya.
     Esoknya di sekolah, Burhan kembali mendapat kejutan dari teman-temannya. Ternyata Burhan ulang tahun hari itu, tak tanggung-tanggung, pak Jaelani yang kebetulan adalah wali kelas mereka, ikut memberi kejutanuntuk Burhan.Burhan dapat kue berbentuk botol kecap, di tengahnya ada tulisan:
     “Selamat ulang tahun , Burhan si Anak Kecap!”
Burhan jadi cengengesan surprise sambil menggaruk kelapanya yang tidak gatal.
     “Selamat ulang tahun, Burhan, semoga kamu nanti sukses jadi juragan kecap!” kata Pak Jaelani.
     “Amiin, terima kasih, Pak.” kata Burhan
      Juga kawan-kawannya yang lain pada memberi ucapan selamat dan bingkisan berbagai bentuk. Burhan senang bukan main,
seperti niatnya tadi dari rumah, dia mentraktir kawan-kawannya makan bakmi di kantin sekolah.
      Pulang sekolah, biasa Burhan berjalan kaki bersama Mikel temannya. Hari ini dia harus minta bantuan Pak Sanip tukang becak yang selalu mangkal di luar pagar sekolah, saking banyaknya bingkisan dari kawan-kawan.
     Di rumah, ibu Burhan kaget bukan main.
     “Dapat kado banyak kamu, Han”
     “Iya , bu. Kan Burhan anak baik di sekolah, jadi kawan-kawan Burhan juga baik.”
     “Wah kamu memang anak ibu, Han, bangga ibu. Walaupun sering buat kesal. sana makan ajak si Mikel, ibu masakin semur ayam kesukaan kamu. Nanti sholat Dzuhur, setelah baru kita buka kado-kado.”
     Ditawarkan makanan gratis, Mikel jadi senyum- senyum.
     “terimakasih, bu...,” ucap Mikel, sambil mengikuti Burhan ke belakang.

     Selesai menunaikan amanah ibunya, mereka pun membuka satu persatu kado pemberian teman-temannya. Dan semua isinya adalah kecap.

Aditya Giri FahreziXI IPS 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar