B
|
urhan
adalah seorang anak tunggal. Burhan hidup bersama ibunya. Ayahnya sudah lama
meninggal. Pekerjaan ibunya sehari- hari adalah pedagang nasi goreng. Burhan
sangat suka sekali dengan kecap sehingga dijuluki anak kecap. Kulit Burhan
berwarna hitam seperti kecap tetapi bukan karena sering memakan kecap. Kulit
Burhan hitam karena sudah keturunan dari ayahnya.
“Burhan dimana kecap ibu?” tanya ibu
kepada anaknya
Suara ibu terdengar sampai keluar rumah, dikarenakan kecap untuk nasi
goreng pagi ini isinya hanya botolnya saja. Burhan mengumpat di balik bantal.
“Dasar anak kecap kamu!” teriak ibunya
lagi.
“Jadi ibu siapanya kecap?!” terdengar
sahutan dari kamar
“Menjawab lagi! Sudah sana tolong belikan
kecap, tidak enak nasi gorengnya kalau tidak pakai kecap. Cepat!”
Tanpa dikomando, Burhan langsung saja
melompat dari kasur. BUM! Terdengar bunyi sesuatu jatuh di lantai. Semacam
semen satu sak dilemparkan ke tanah, diususul suara ADUUHH.
“Apa lagi yang kamu jatuhkan, Burhan?
Aduh ini anak… ya ampun!”.
“Burhan yang jatuh bu, sakit,” ringisnya.
“Rasakan itu , masih
di dunia saja kalau bikin kesel hati
ibu, sudah dapat balasan! Apalagi di akhirat!”
“Iya bu. Burhan mohon maaf. Tadi malam Burhan lapar
sekali, tidak ada sayur, jadi kecapnya burhan habiskan.
Si ibu cuma bisa menghela nafas. Ibunya
heran karena waktu hamil Burhan tidak pernah mengidam kecap.
”Ini kok bisa kamu suka sekali makan
kecap?,”ucap ibu
“Sudah bu, omelannya. Nanti ibu nambah cantik kalau
marah,” ucap Burhan. Burhan mencoba membujuk ibu tersayangnya itu.
“Dasar! Cepat beli kecap sana!,”ucap ibu
Dengan langkah yang cepat, Burhan langsung pergi ke
warung Ibu Jamilah untuk membeli kecap.
Si Burhan tidak mau makan kalau tidak ada
kecap di piringnya. Dia pernah berkata, “Nasi tanpa kecap itu bagai malam tanpa
bulan dan bintang atau bagai taman tanpa bunga…”. Pernah suatu hari Burhan dan
temanya kemping perpisahan sekolah ke Puncak, Burhan lupa membawa kecap. Selama
seharian Burhan sedih! Bawaannya lemas, bicaranya tidak jelas, tidak mau makan,
dibujuk oleh perempuan yang dia taksir sejak lama juga dia tidak makan.
Teman-temannya jadi kasihan terhadap Burhan.
Teman- teman
Burhan melakukan hompimpa.Setelah hompimpa, mereka yang kalah mencari kecap ke
warung di pemukiman penduduk, di mana tempat mereka camping dengan kampung
penduduk jauh sekali. Jalan kaki dua kilometer ke kampung! Tetapi demi Burhan,
si teman yang kebetulan kalah hompimpa, setengah hati menerimanya
“Tenang, Han, demi kamu, saya rela pergi ke kampong
mencari kecap!” ucap teman yang kalah dengan jantan, padahal dalam hati
terpaksa sekali.
Setelah susah payah mendaki gunung lewati lembah, si
teman berhasil membawa kecap untuk Burhan walaupun dapatnya hanya satu sachet
ukuran dua ratus lima puluh mili liter.
“Aduh, terima kasih sekali! kamu sudah menyelamatkan
hidup saya,” ucap Burhan. Burhan sampai memeluk temannya sambil tersedu-sedu.
Teman-teman yang melihatnya juga jadi menitikkan air mata pertanda terharu.
Setelah itu seperti prajurit habis perang,
Burhan balas dendam. Sekali santap, dua piring habis. Tapi karena jatah
kecapnya hanya satu sachet, Burhan jadi irit. Campingnya masih dua hari lagi.
Dari peristiwa itu Burhan tidak pernah lupa lagi membawa kecap kemana-mana.
Suatu kali, ketika SMA, mereka dapat tugas
mengarang oleh guru bahasa Indonesia, temanya adalah “Makanan Favorit”. Sudah
pasti tidak usah ditebak, Burhan membuat judul karangannya ”Kekuatan
Kecap”.Karena di antara semua karangan siswa punya Burhan yang beda
sendiri, Burhan jadi terpilih mewakili teman-temannya maju membacakan hasil
karangan. Burhan maju ke dapan kelas.
”Namaku Burhan bin
Muhammad Salim, kalian cukup memanggiku Burhan. Makanan favoritku adalah kecap,
aku suka kecap, kalau kalian tanya kenapa aku suka, aku tidak bisa memberikan
alasannya, aku dan kecap itu seperti definisi cinta. Kata buku yang saya baca,
jika benar-benar cinta kau tak akan mampu memberikan alasannya.Rasa kecap itu
unik, kawan. Manis-manis asin. Jika dicampur pada makanan lain, rasanya akan
terus membaur bersama makanan. Kata ibu, hidup juga begitu, kadang manis,
kadang juga asin, kitalah yang harus menyesuaikan diri menerimanya,
mencampurnya dengan sikap hidup, agar hidup
ini bisa lebih berasa, seperti kecap.”
Burhan mulai
berfilosofi. Kawan-kawannya hening, menunggu penuturan Burhan selanjutnya.
“Kecap itu dari kedelai, kawan. Kalian tau makna dari
kedelai??? Kedelai, walaupun kau olah jadi apa saja: tahu, tempe, susu, atau
kecap, baunya akan terus terasa, Itulah filosofi kedelai.“Itu baru asal
mulanya. Kalian pernah lihat botol kecap? Cobalah tuangkan air putih ke dalam
botol kecap kosong yang belum dicuci bersih, lantas kocok. Amati apa yang
terjadi: air di dalamnya tetap keruh karena masih tercampur sisa kecap yang
tertinggal di dasar atau dinding botol. Bila ingin air tersebut tetap bening
saat ditaruh dalam botol kecap, sudah barang tentu botol tersebut perlu
dibersihkan tak hanya bagian luar botol, tetapi bagian dalamnya juga.Nah. Itu
artinya, bila kita ingin membersihkan diri dari segala perbuatan tercela yang
pernah dilakukan sebagai sebuah pertobatan, ibarat botol kecap dan air. Botol
kecap diibaratkan harta yang dicari dan air putih itu adalah doa dan amal
ibadah. Keduanya tidak mungkin bersatu. Sebab itu di saat seseorang ingin
menyucikan dirinya, semua kotoran di dalam diri dan hartanya harus dibersihkan.
Seperti membersihkan botol kecap tadi, kita harus sering-sering menuangkan air
putih ke dalamnya secara terus menerus seperti sedekah, amal soleh, infaq,
zakat, agar harta kita bisa benar-benar bersih.”
“Kecap juga mengandung vitamin dan zat
besi yang membuat kita sehat. Itulah, kawan, alasan kuat kenapa aku suka pada
kecap.
Dalam sebotol kecap
ada banyak filosofinya, selain banyak rasa juga. Tapi jangan kau sangka aku
hitam karena kecap, kawan, sebab kulitku hitam bukan karena makan kecap setiap
hari. Aku hitam karena aku orang Indonesia tulen.”
Plok plok plok . Burhan dapat tepuk tangan dari
kawan-kawan sekelasnya, sebagian dari mereka malah ada yang berdiri menunjukkan
penghormatan dan kagum pada Burhan. Bu guru juga memberikan senyumnya yang
menawan.Burhan turun panggung terasa pemenang, tak disangka ternyata kecap yang
karenanya tadi pagi dia diomelin sama sang ibu, hari ini di sekolah telah
membuatnya bangga menjadi penggemar sejati kecap. Kecap membuatnya jadi tambah
percaya diri, padahal tugas mengarang yang disuruh bu guru semalam itu
filosofinya dia ambil dari internet, habisnya dia tidak tahu ingin cerita apa,
karena dia juga tidak bisa memberi alasan kenapa sangat suka pada kecap,
seperti yang dia tuturkan di awal karangannya.
Esoknya di sekolah, Burhan kembali
mendapat kejutan dari teman-temannya. Ternyata Burhan ulang tahun hari itu, tak
tanggung-tanggung, pak Jaelani yang kebetulan adalah wali kelas mereka, ikut
memberi kejutanuntuk Burhan.Burhan dapat kue berbentuk botol kecap, di
tengahnya ada tulisan:
“Selamat ulang tahun , Burhan si Anak
Kecap!”
Burhan jadi cengengesan surprise sambil menggaruk kelapanya
yang tidak gatal.
“Selamat ulang tahun, Burhan, semoga kamu
nanti sukses jadi juragan kecap!” kata Pak Jaelani.
“Amiin, terima kasih, Pak.” kata Burhan
Juga kawan-kawannya yang lain pada
memberi ucapan selamat dan bingkisan berbagai bentuk. Burhan senang bukan main,
seperti niatnya tadi
dari rumah, dia mentraktir kawan-kawannya makan bakmi di kantin sekolah.
Pulang sekolah, biasa Burhan berjalan
kaki bersama Mikel temannya. Hari ini dia harus minta bantuan Pak Sanip tukang
becak yang selalu mangkal di luar pagar sekolah, saking banyaknya bingkisan
dari kawan-kawan.
Di rumah, ibu Burhan kaget bukan main.
“Dapat kado banyak kamu, Han”
“Iya , bu. Kan Burhan anak baik di
sekolah, jadi kawan-kawan Burhan juga baik.”
“Wah
kamu memang anak ibu, Han, bangga ibu. Walaupun sering buat kesal. sana makan
ajak si Mikel, ibu masakin semur ayam kesukaan kamu. Nanti sholat Dzuhur,
setelah baru kita buka kado-kado.”
Ditawarkan makanan gratis, Mikel jadi
senyum- senyum.
“terimakasih, bu...,” ucap Mikel, sambil
mengikuti Burhan ke belakang.
Selesai menunaikan amanah ibunya, mereka
pun membuka satu persatu kado pemberian teman-temannya. Dan semua isinya adalah
kecap.
Aditya Giri Fahrezi – XI
IPS 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar