B
|
unyi
alarmku pada pukul tujuh pagi. Dan aku terlambat mengikuti upacara sekolah
pertama kali di sekolah baruku. Aku pun langsung bergegas kekamar mandi,
bersiap-siap lalu langsung berangkat ke sekolah. Dan benar, sesampainya aku disekolah, upacara sudah
dilaksanakan. Aku bingung harus melakukan apa, dan bingung harus masuk dari
mana, huftt. Tak lama dari itu aku mendengar suara motor mendekat yang suaranya sangat menggangu telingaku. Dan
saat aku melihatnya ternyata itu motor milik seorang anak yang kelihatannya
paling nakal di sekolah ini. Paras nya memang lumayan, tapi aku malah ilfeel
melihatnya. Akhirnya aku di perbolehkan masuk oleh satpam sekolah. dan aku di
hukum di depan lapangan bersama anak laki-laki yang kelihatannya sangat nakal
tadi pagi itu. Sangat menyebalkan.
***
Akupun jalan menuju kelas baruku XI IPS 1.
Aku mencari tempat duduk yang dekat dengan jendela, karena sejuk. Dan kebetulan
yang duduk di belakang ku itu anak laki-laki tapi aku belum mengenalnya. Dia
dan kawan-kawannya tiba-tiba mendekati bangku ku yang saat itu aku sedang duduk
sendiri. Merekapun menggodaku dengan rayuan-rayuannya yang super basi itu.
Tidak hanya di merayu, salah satu dari mereka ada yang tiba-tiba duduk di
samping ku. Aku jelas kesal. Belum sempat aku ingin marah, sudah ada laki-laki
yang menghajar mereka satu persatu sendirian. Dan orang itu adalah laki-laki
yang dihukum bersamaku tadi pagi. Perasaanku tentang dia benar, dia orang yang
suka berkelahi. Tapi yaaa gapapalah itu kan karena dia menolongku. Aku hanya
mengucapkan terimakasih padanya lalu duduk lagi di tempatku.
***
Saat jam istirahat aku kekantin dengan
teman baru ku pastinya. Dia bernama Lia. Saat perjalanan ke kantin aku cerita
ke dia tentang yang kualami tadi pagi. Telat ke sekolah bersama anak nakal, di
hukum bersama anak nakal, di tolongin sama anak nakal dan sekelas bersama anak
nakal. Aku pun bertanya pada dia siapa namanya, dan laki-laki tadi pagi itu
ternyata namanya Aldi. Aku hanya
mengangguk mendengar kalau namanya itu Aldi, karena aku juga tidak terlalu
penasaran tentang dia dan tidak tertarik untuk membicarakan dia. Aku dan Lia
pun makan di kantin. Saat aku makan di kantin banyak laki-laki yang tampilannya
mirip dengan Aldi memandangi aku dan Lia terus. Namun saat Aldi datang dan
masuk juga ke kantin mereka semua langsung membuang pandangan yang tadinya
memandangi kami berdua berubah jadi tatapan seperti ketakutan. Sebenarnya aku
penasaran, tapi aku tidak mau ambil pusing soal dia. Dan Lia meninggalkanku
sejenak untuk membayar makanan yang kami beli tadi. Saat Lia kembali dia
langsung menarikku untuk segera pergi dari tempat itu. Saat sudah agak jauh
dari kantin belum sempat aku bertanya kenapa dia menarikku tadi, dia langsung
memulai apa yang ingin dia bicarakan, “tadi waktu aku mau bayar makan di
kantin, aku dengar teman-temannya Aldi dan Aldinya sedang membicarakan murid
baru.” Kata dia dengan nada cepat. “lalu memangnya kenapa kalau bicara tentang
murid baru? Aku bertanya. “murid baru tahun ini di sekolah kan hanya kamu .” jelas
Lia. “lah terus memangnya kenapa?” tanya ku. “iya itu maksudnya kamu sedang
jadi bahan pembicaraan laki-laki di seluruh sekolah ini viooo..” jelas Lia dengan nada kesal. Aku hanya
mengangguk. Lagi-lagi karena aku merasa topik itu tidak begitu menarik. Karna
dari awal aku melihat si Aldi itu aku merasa tidak suka saja, nggak tau kenapa,
ya nggak suka aja. Jadi aku merasa tidak ada gunanya juga membicarakan tentang
dia. Bel masuk pun berbunyi. Semua anak-anak berlarian menuju kelasnya
masing-masing karena takut terlambat dan dihukum guru mata pelajaran yang
sedang mengajar di kelas. Saat aku
berjalan bersama Lia dengan santai, tiba-tiba ada yang menabrakku dari belakang
hingga aku jatuh tersungkur. Sakitnya sih nggak begitu terasa tapi malunya itu.
Dan saat aku terjatuh ternyata di depan ku ada gangnya si Aldi. Aldi memandangiku terus seolah ingin menolong
tapi tertahan gengsi, jadi dia jalan begitu saja melaluiku, tapi aku juga tidak
berharap dia mau menolongku. Akhirnya aku di bantu oleh Lia untuk berdiri.
Tidak tahu kenapa dengan kejadian tadi. Aku merasa sangat kesal pada Aldi.
Lagi-lagi tidak tahu kenapa. Aku berharap ini bukan perasaan yang terlalu
serius karena aku berharap dia menolongku tadi siang.
*TENG!! TENG!!* bel pulang berbunyi. Aku
pun bersiap-siap untuk pulang. Lia sudah pergi duluan karena dia sudah di
jemput oleh ayahnya. Saat aku ingin keluar dari gedung sekolah aku kaget karena
tiba-tiba saja turun hujan. Aku bingung ingin pulang dengan siapa dan naik apa.
Karena beberapa hari sebelum masuk sekolah aku mengalami kecelakaan, dan
sekarang badan ku belum begitu pulih apalagi saat tadi jatuh tertabrak entah
siapa saat di koridor, badan ku makin terasa sakit. Akhirnya aku menunggu hujan
reda, mau tidak mau. Saat aku sedang duduk memandangi air hujan yang ikhlas
turun walau tau bagaimana rasanya jatuh,
tiba-tiba Aldi duduk di sampingku entah apa maksudnya. Aku hanya diam,
karena lagi-lagi aku malas melihat dia. Tapi dia mulai mencoba membuka topik
pembicaraan dengan ku. “lagi nunggu siapa disini?” Tanya dia sok cuek. “ngga
nunggu siapa-siapa.” Balasku cuek tanpa melihat wajahnya. “ tadi sakit ngga
abis jatoh di koridor?” tanya dia lagi berusaha berbicara padaku, entah
maksudnya meledek aku atau apa. “ kalau sakit memangnya kenapa? Penting banget
tau sakit atau engga?” jawab ku cuek.
“sebenernya aku ingin menolong tadi. Tapi aku malas. Aku tau kamu tadi berharap
aku nolongin kamu kan? Udah jujur saja” kata dia dengan nada meledek. Aku
kesal, tapi aku hanya memberi dia pandangan sinis karena aku malas berinteraksi
dengan dia. Beberapa menit aku dan dia tanpa bicara satu sama lain. Akhirnya
dia mengajakku pulang bersama karena sudah terlalu sore dan sudah tidak ada
ojek pada saat itu. Akhirnya aku terima saja tawaran dia. Di sepanjang perjalanan
aku tidak bicara satu katapun dengan dia. Tapi entah kenapa aku senang pulang
bersama Aldi naik motor classicnya itu. Aku bisa melihat wajahnya yang tenang
di sepion motornya itu. Perasaan apa yang sudah merasuki ku ini.
***
Sejak kejadian pulang bersama Aldi waktu
itu, entah kenapa aku selalu ingin melihat dia. Tapi bila bertemu dengan dia,
entah kenapa aku bisa tiba-tiba kesal dengan Aldi. Dan semenjak habis pulang
bersama dia. Banyak gosip beredar bahwa Aldi suka denganku. Aldi memang cukup
terkenal nakal tapi tampan di sekolah ini, jadi tidak heran banyak yang
membicarakan dia. Saat aku dan Lia
sedang berjalan menuju kantin, aku dan Lia melewati segerombolan anak laki-laki
di koridor, aku paling kesal saat harus ada di situasi ini, karena merasa menjadi
pusat perhatian para laki-laki itu. Dan benar saja, ketika aku dan Lia melewati
mereka semua, salah satu dari mereka ada yang memprovokasi untuk menggoda kita
berdua. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba Aldi datang dan menarik laki-laki
yang menjadi provokator itu dan menghajar nya di tempat. Aku hanya diam terpaku
di tempat, melihat Aldi melakukan itu semua. Di akhir perkelahian mereka, Aldi
bilang ke laki-laki itu untuk jangan pernah menggangguku karena dia akan
mencarinya sampai ke rumah semut sekali pun. Aldi bilang ke dia kalau Aldi
tidak suka ada yang mengganggu ku. Aku benar-benar hanya bisa terdiam melihat
perlakuan Aldi saat itu. Dan aku pun langsung berjalan kekantin bersama Lia dan
hanya mengucapkan terimakasih pada Aldi dan melaluinya begitu saja. Sepanjang
jalan ke kantin, aku hanya bisa diam saja. Melihat perlakuan Aldi tadi. Entah
harus senang atau apa. Tapi aku mamang senang karena dia membela ku dan membela
Lia secara tidak langsung. Sejak kejadian tadi, aku terus terbayang-bayang tentang
Aldi. Apalagi kita sekelas. Saat bel pulang berbunyi, Aldi menghampiriku,
berdiri di depanku dengan senyuman manisnya itu. Aku bagai popcorn yang siap
meletup. Senang sekali melihat bahwa mungkin aku sedang jadi alasan sebuah
senyumnya itu. Tapi aku harus tahan emosi ku ini. “mau apa lo senyum-senyum di
depan gue?” kata itu lah yang terucap dari bibirku dengan ketus. “ayo kita
pulang bareng lagi. Aku senang pulang bareng orang cantik kaya kamu” jawab Aldi
dengan sabar dan sedikit merayu. Aku ingin tersenyum sebenarnya, tapi aku
menahannya. Karena aku tidak tahu ingin pulang bersama siapa akhirnya aku
terima saja ajakan Aldi.
***
Semenjak kejadian-kejadian yang aku dan
Aldi alami, semesta seakan memanggil agar kita berdua semakin dekat. Dan aku
memang merasakan kita berdua semakin dekat. Hingga akhirnya, tiba saatnya aku
harus mundur dan pergi dari Aldi perlahan, karena aku tidak ingin menyakiti
perasaan Aldi dengan keadaanku yang semakin hari semakin buruk. Suatu hari aku
menghilang dari semuanya tanpa kabar. Sekitar 2 bulan aku tidak bertemu dengan
Aldi. Saat aku di rumah sakit. Ibu menyampaikan pesan bahwa akhir-akhir ini ada
laki-laki yang suka mencariku ke rumah. Aku berfikir itu Aldi. Tapi cukup
banyak kemungkinan bahwa yang mecariku itu adalah Aldi. Jika itu memang dia,
aku senang dia peduli. Setelah beberapa bulan aku berdiam diri tak berdaya di
rumah sakit, akhirnya aku pulang, beraktivitas seperti biasa dan berusaha
terlihat sehat oleh siapa pun. Sehabis keluar dari rumah sakit, besoknya aku langsung
pergi sekolah. dan tepat pada hari ini jadwalnya adalah olahraga. Aku berusaha
menjadi orang sehat seutuhnya. Saat sedanng berolahraga di bawah teriknya
mathari pada saat itu. Tiba-tiba cairan merah segar mengalir dari hidungku.
Tanpa pikir panjang aku langsung kekamar mandi wanita tanpa ada seorang pun
yang mengetahui kepergianku. Saat aku sudah selesai dengan hidungnya dan keluar
daari kamar mandi, ternyata Aldi menyadari kepergianku tadi dan mengikuti ku.
Aku kaget bukan main melihat dia sudah berdiri di depan pintu kamar mandi
wanita. “kamu ngga apa-apa?” tanya dia dengan nada sedikit cemas. “aku?” tanya
ku seolah tak terjadi apa-apa. “iyaaa kamu vio siapa lagi.” Jelas dia. “aku
nggapapa aku habis buang air kecilntadi, kamu ngapain ngikutin aku? Kamu
ngintip ya?” jawab ku. “oh yaudah kalo gitu, aku kira kamu kenapa-kenapa. Nanti
kita pulang bareng lagi ya, aku tunggu di gerbang sekolah.” katanya dan
langsung pergi meninggalkanku. Saat bel pulang sudah berbunyi, aku langsung
menuju gerbang sekolah, karena tidak mau membuat Aldi menunggu lama. Saat aku
sudah bersama dia, dia mengajakku untuk mampir terlebih dahulu ke cafe. Dia
ingin membicarakan sesuatu katanya. Cafe itu berada tidk jau dari sekolah kami,
jadi tidak memakan waktu yang lama dan cafe tersebut bukan cafe yang begitu
mewah. Di bawah lampu-lampu hias di cafe tersebut aku dan Aldi biacara yang
menurutku sepertinya dia akan membicarakan hal yang sangat penting. “vio..”
ucap dia membuka pembicaraan. “iya?” jawabku reflek. “kamu sakit?” tanya dia
dengan muka yang sangat serius. Aku benar-benar kaget mendengar kata yang ia
ucapkan barusan. Aku bingung harus menjawab apa. “kamu jujur aja. Aku udah tau
tadi kamu mimisan dan tiba-tiba ke kamar mandi seolah-olah kamu gakmau ada
orang yang tau keadaan kamu yang sekarang. Kamu cerita aja sama aku vi, aku
nggak akan jauhin kamu meskipun kamu sakit sekeras apapun. Aku bakal ada untuk
kamu vi.” Jawab dia dengan nada yang sangat hangat. Dengan tatapan hangatnya
itu, aku yakin, dia adalah orang yang baik. “aku.. aku sakit leukimia di” jawab
ku lirih. “maka dari itu aku sempat tidak sekolah berbulan-bulan karena aku
harus berobat. Karena kata dokter sel kankerku sudah menyebar. Dan harapan aku
hidup semakin kecil. Kamu masih mau berteman denganku kan di?” jelasku pada
Aldi. Aku merasakan ada butiran-butiran kecil jatuh diatas pipiku yang mengalir
dengan bebasnya. Aldi pun kaget mendengar penjelasanku tadi. “ kamu kuat vi.
Kamu pasti lawan mereka yang udah jahat sama kamu. Kamu harus bisa rebut tubuh
kamu lagi dari mereka, aku yakin kamu bisa. Ada aku disini untuk nemenin kamu.”
Ucapnya sambil memegang erat tanganku, berusaha meyakinkanku bahwa aku
benar-benar mampu. Tiba-tiba air jatuh semakin deras dari mataku. Reflek dia
memelukku. “ kamu jangan nangis vi. Kamu kuat. Buktinya kamu kelihatan sehat-sehat saja kok, kamu harus
semangat, kamu harus berjuang hidup untuk aku ya vi. Aku sayang kamu.” Saat itu
juga aku terkejut mendengar pengakuan Aldi di akhir kalimat penyemangatnya itu.
“di, kamu ngga salah ngomong?” tanya ku. “engga aku nggasalah ngomong, aku
serius vi sama kamu. Aku bakal nerima kamu apa adanya.” Jelas laki-laki itu.
“di kamu yakin sama apa yang kamu ucapin barusan? Cewe di depan kamu ini cewe
penyakitan di. Aku ngga kaya cewe-cewe lain. Aku beda.” Jelasku pada Aldi
dengan menahan air mata agar tidak jatuh lagi. “terserah kamu mau bilang apa
vi. Tapi aku beneran serius sama kamu, aku udah ngerasa kalo kamu ini emang
lagi sakit dari awal ketemu, makanya aku nggasuka ada yang gangguin kamu, tapi aku gamau kamu tau kalau aku tau
sebenernya keadaan kamu kaya gini. Dan kamu bener-bener cewe yang kuat vi,
bahkan kamu masih bertahan sampe sekarang. Aku gamaksa kamu buat jawab
perasaanku tadi. Aku gamau aku nambah pikiran kamu lagi.” Jelas Aldi. “ iya di makasih
ya.” Hanya kata-kata itu yang terucap dari mulutku, aku bingung harus bicara
apalagi saat ada di kondisi seperti ini.
“ayo, sekrang kita pulang aja, udah kemaleman, kasian kamu nanti
kedinginan.” Ajak Aldi. Aku pun mengiyakannya karena jam sudah menunjukkan
08.00 malam. Ketika aku melangkahkan kaki untuk naik ke motor classic milik
Aldi, tiba-tiba kepala ku sangat amat pusing aku merasakan hidungku kembali
mengeluarkan darah. Aldi jalan begitu saja melaluki, sekarang punggung
laki-laki tampan itu mulai terlihat samar-samar hingga akhirnya aku terjatuh,
dan melihat punggung itu berbalik arah dan lari menghampiriku. Pada saat itu
juga semuanya gelap. Sejak kejadian malam itu, aku tidak sadarkan diri selama
beberapa hari karena kritis. Setelah sekitar dua minggu aku ada di rumah sakit
dan juga harus melaksanakan kemo. Akhirnya aku di perbolehkan untuk pulang. Aku
pun berusaha tampil kuat di hadapan banyak orang, aku tidak mau ada orang yang
t au bahwa aku ini adalah wanita yang sangat lemah. Setelah pengakuannya malam
itu di cafe yang sederhana itu, dia benar-benar menjagaku dan memperhatikanku.
Aku benar-benar senang Tuhan memberikan dia untukku.
***
Hari demi hari
kita lalui bersama, kita benar-benar semakin dekat sekarang. Dia yang sabar
menemaniku kemo, memperhatikanku, melindungiku dan selalu menyemangatiku. Aku
sayang dengan dia. Tapi aku tidak mau bila nantinya dia akan kehilangan orang
yang paling dia sayang jadi mau tidak mau aku harus menahan perasaan ini. Tapi
dia dengan sabarnya merawat wanita lemah yang tak bisa apa-apa macam aku ini.
Sore ini seperti biasa, Aldi mengajakku pulang bersama lagi naik motor
classicnya itu, aku senang bila di bonceng oleh Aldi. Sore ini, aku merasakan
ada yang berbeda. Aku ingin selalu terus bersama Aldi, aku benar-benar
merasakan angin sore yang sangat hangat. Hingga tiba-tiba ada mobil truck yang
mengklakson motor Aldi dari arah belakang dengan jarak yang sudah tidak jauh
lagi. Yang ternyata rem dari truck itu tidak berfungsi sehingga menabrak motor
yang sedang kami tumpangi berdua. Aku dan Aldi terpental hingga jarak sekitar
20 meter, karena truck melaju begitu kencang. Aku hanya bisa menatap langit
dengan samar-samar dan sudah tidak bisa merasakan lagi tubuhku. Pikiranku
terbayang-bayang pada Aldi aku sudah tidak bisa menoleh ke kanan dan ke kiri.
Saat aku diangkat naik ke ambulan aku melihat Aldi tergeletak di tengah jalan
berlumuran banyak sekali darah. Aku tidak kuat melihatnya seperti itu dan
seketika pandanganku gelap. Aku sudah beberapa hari tidak sadarkan diri karena
kondisiku yang cukup parah. Aku mengalami patah tulang kaki kanan, tangan kiri,
tulang leher yang retak dan sel kanker yang makin tumbuh dengan cepatnya.
Harapanku hidup sudah sangat sedikit. Aku melihat Aldi yang tidur tak berdaya
di samping kasurku. Aku sangat ingin menghampirinya dan menyemangatinya seperti
yang dia lakukan padaku saat aku harus melawan penyakitku ini. Sudah tepat satu
bulan lebih dua hari Aldi belum sadarkan diri. Hingga keadaanku mulai
membaikpun dia belum membuka matanya satu cm pun untukku. Aku duduk di kursi
roda tepat disampingnya, mendoakannya agar cepat membuka matanya,
menyemangatinya, membisikkan cerita-cerita lucu dan bearharap dia bisa
mendengar dan tersenyum kecil dan akupun terlelap sambil memeluk erat Aldi. Aku
berharap tuhan tidak mengambilnya dari ku sekarang. Saat aku terbangun, aku
sudah ada di kasurku kembali dan banyak suster yang sedang menolong dokter di
samping kasurnya Aldi. Aku bertanya pada salah satu suster dan katanya Aldi
kritis. Aku panik, sedih, bingung harus berbuat apa. Perasaanku campur aduk.
Aku tidak ingin kehilangan dia sekarang. Aku langsung meminta suster untuk
memindahkanku ke kursi roda dan menghampiri Aldi. Aku ingin memeluk dia
seerat-eratnya saatini juga. Tapi dokter sedang membantu Aldi untuk bertahan
hidup. “di aku yakin kamu bisa. Aku yakin kamu kuat di. Di aku disini di
samping kamu. Kamu harus berjuang untuk aku di, aku mohon, buka mata kamu untuk
aku sekarang.” bisikku dari jauh. Air mata pun jatuh untuk laki-laki iitu. Aku
amat sangat sedih. Aku merasa ada yang hilang. Aku hanya bisa menunduk di kursi
roda ku sambi mendoakannya. Dan tiba-tiba detak jantung Aldi pun berhenti. Aku
lemas. Merasa benar-benar kosong sekarang. Air mataku pun langsung turun
membanjiri pipi. Tanganku reflek mengayuh kursi roda kearah Aldi. Aku memeluk
erat dia. Sangat erat. Aku tiak ingin kehilangan dia “ALDI.. ayo bangun please
aku mohon bangun di. Bangun untuk aku. Aku tau kamu bisa di kamu bisa. Kamu
kuat. Aku disini untuk kamu. Aku janji aku bakal sembuh untuk kamu di aku
janji. Di ayo bangun. Maafin aku di. Gara-gara kamu mau anterin aku pulang kamu
jadi kaya gini. Aku bener-bener gabisa maafin diri aku di. ALDI please
bangun..” teriakku di kamar rumah sakit. Aku benar-benar sedih tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata. Aku hampa. Seperti ruang yang kosong dan gelap.
Tapi aku harus ikhlas melepas Aldi. Alat-alat bantu yang di tubuh Aldi pun
sudah mulai di lepas. Malam ini aku benar-benar merasa sendiri. Aku kesepian.
Tidak ada lagi orang yang tulus merawatku, menjagaku dan menyemangatiku. Aldi
memang pergi, tapi dia tetap ada untukku. Aku tidak bisa tidur mala ini.
Pikiranku menerawang kemana-mana. Mataku sudah mulai sembab. Sampai pagi har
aku tidak bisa tidur. Dan aku tetap memutuskan untuk ikut pemakaman Aldi siang
ini. Meskipun dengan keadaanku yang tidak memungkinkan.
***
Saat Aldi sudah selesai di makamkan oleh
keluarga dan orang-orang yang datangpun sudah mulai pergi. Aku memeluk batu
nisan Aldi. “di kamu hebat. Kamu masih bisa bertahan dan nemenin aku waktu aku
belum sadar di rumah sakit, meskipun kamu ngga buka mata kamu untuk aku. Di
sekali lagi aku minta maaf, gara-gara aku kamu jadi kaya gini, kamu harus
ninggalin aku untuk selamanya. Di aku sayang sama kamu. Aku gapernah jujur
karena aku takut umur aku ngga banyak. Tapi ternyata Tuhan lebih sayang sama
kamu. Di makasih kamu udah tulus sama aku. Aku janji bakal saembuuh untuk kamu.
Aku mau tunjukin ke kamu kalo aku ini sebenernya kuat. Kalaupun takdir ALLAH
aku gabisa sembuh. Kita bisa ketemu di surga di nanti. Aku seneng bisa ketemu
kamu lagi di sana. Di makasih ya sampai ujung umur kamu, kamu masih bisa jagain
aku. Kamu udah relain nyawa kamu uuntuk aku. Sekalgi lagi makasih di. I love
you” ucapku pada bayang-bayangnya Aldi. “di, aku tau kamu masih disini. Aku tau
kamu belum pergi kan. Di aku sayang sama kamu. Apa kamu gabisa buka mata kamu
terakhir kali untuk aku. Kamu kuat di kamu pasti bisa buka mata kamu.” Kataku
sambil memelu batu nisannya. Tiba-tiba ada yang membangunkan ku dari belakang.
Dan ternyata itu Lia. “ Vi ayo kita pulang. Jangan sedih terus, kasian Aldi”
ajak Lia. Aku pun mengiyakannya.
***
Hari terus berganti. Aku sudah
mengikhlaskan kepergian Aldi. Dan sampai saatnya tiba. Sel kanker ku pun sudah
menguasai tubuhku. Dan aku harus menyusul Aldi.
Devi amalia utami – XI
IPA 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar