• 2
  • IMG_20150423_133609
  • IMG_7489
  • javascript image slider
  • IMG_7497
21 IMG_20150423_1336092 IMG_74893 IMG_75854 IMG_74975
jquery image carousel by WOWSlider.com v8.8

Kamis, 28 September 2017

Teman Tapi Menikah


S
uatu hari aku bermain ke taman bersama kakakku. Di taman, aku terjatuh dan langsung menangis. Kakakku pun menggendongku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku melihat orangtuaku sedang berkemas-kemas.
“Bun, mengapa Bunda berkemas-kemas? Kita mau ke mana?” tanyaku pada Bunda.
Bunda menjawabnya sambil tersenyum. “Kita akan pindah rumah, Nak. Kerja Ayahmu dipindahkan ke daerah lain.”
“Baiklah kalau begitu aku akan berkemas juga.” Aku pun langsung masuk ke rumah dan mengemasi barang-barangku.
     Setelah sampai di rumah baruku, aku langsung masuk ke dalam kamarku dan membereskan barang-barangku. Setelah selesai, aku izin ke Bunda kalau aku ingin jalan-jalan keliling komplek.
Saat aku sedang keliling komplek, aku bertemu dengan seorang anak lelaki seumuranku. Aku menghampiri dan mengajaknya berkenalan.
“Hai, namaku Arletta. Aku orang baru di komplek ini. Namamu siapa?” tanyaku padanya sambil mengulurkan tanganku .
“Namaku Mike. Semoga kau betah tinggal di komplek ini ya.” jawabnya sambil menjabat tanganku.
“Mulai hari ini kau jadi temanku ya”
 “Iya”.
Sejak saat itulah kami memulai pertemanan kami.
Setiap hari aku bermain dengannya. Dia selalu datang ke rumahku. Bundaku pun senang melihat aku sudah memiliki seorang teman. Aku juga pernah diajaknya main ke rumahnya sehingga keluargaku dan keluarganya sudah saling mengenal. Dia menjagaku dengan baik seperti kakakku menjagaku. Aku selalu merasa aman jika berada didekatnya. Dia memang sahabatku yang paling aku sayangi dan aku tidak ingin kehilangannya.
Sudah 5 tahun aku berteman dengan Mike. Kami semakin dekat, apalagi setiap berangkat sekolah maupun pulang sekolah aku selalu bersamanya. Kami pun satu sekolah dan satu kelas sehingga selalu bersama kemanapun dan dimanapun. Setiap pulang sekolah, aku bermain terlebih dahulu dengan Mike walaupun hanya ke taman membeli es krim atau jalan-jalan mengelilingi kebun teh.
Saat aku pulang ke rumah setelah bermain dengan Mike, aku melihat kakakku sedang mengemasi barang-barangnya. Karena penasaran, aku pun bertanya padanya.
“Kakak mau kemana? Mengapa kakak mengemasi barang-barang kakak?” tanyaku menatapnya heran.
“Kami semua akan pindah rumah lagi let, sebaiknya kamu memberitahu Mike bahwa kamu akan pindah rumah.” jawab Kakakku sambil mengemasi barang-barangnya.
“APAA??!! Aku tidak ingin pindah rumah kak. Bagaimana dengan aku dan Mike nanti? Kami pasti tidak akan pernah bermain bersama lagi. Aku akan kesepian kak, aku tidak ingin berjauhan dengan Mike” kataku sambil menangis tersedu sedu. Aku pun lari keluar dari kamar kakakku dan pergi ke rumah Mike.
Aku mengetuk-ngetuk pintu rumah Mike dan meneriakkan nama Mike terus menerus dengan sangat keras sambil berlinangan air mata. Mike membuka pintu rumahnya, dan aku langsung memeluknya dengan erat sambil menangis sesegukkan. Mike tidak langsung bertanya, dia hanya mengusap-usap kepalaku dan menyuruhku duduk. Setelah tangisku mereda, Mike mulai bertanya.
“Letta, kau kenapa? Apa yang membuatmu menangis? Katakan padaku! Apakah ada seseorang yang menjahatimu?” tanya Mike dengan lembut.
“A..aku ti..tidak i..ing..in ter..ter..terpisah dari..mu,” jawabku sambil sesegukkan.
“Aku tidak akan terpisahkan darimu kok. Memangnya apa yang membuatmu berkata seperti itu?” tanya Mike lagi sambil mengusap-usap kepalaku.
“Kakak bilang kami semua akan pindah rumah. Aku tidak ingin pindah rumah Mike. Aku tidak ingin terpisah darimu. Aku ingin bersamamu terus Mike. Kalau aku pindah rumah, aku tidak akan bermain denganmu lagi nanti. Aku tidak ingin, Mike” kataku sambil menangis lagi.
“Sudah-sudah kita masih bisa berbicara lewat telepon kok. Aku akan selalu ingat denganmu, Let. Aku menyayangimu. Percaya padaku, kita akan bertemu lagi. Aku janji padamu.” Mike meyakinkanku dan akhirnya aku ikut keluargaku pindah ke rumah yang baru.
Hari pertama di rumah yang baru, aku selalu menyendiri dan terdiam mengingat Mike. Hari kedua, aku mulai beradaptasi. Hari ketiga, aku memasuki sekolah yang baru dan mulai memiliki teman yang baru. Hari keempat dan seterusnya aku sudah bisa tersenyum seperti dulu saat bersama Mike.
9 TAHUN KEMUDIAN
Saat ini umurku sudah 19 tahun. Saat aku sedang melamun, tiba-tiba bayangan masa kecilku muncul yang mengingatkanku pada Mike, sahabat kecilku. Dari situlah, aku mulai terpikirkan pada Mike. Aku mulai mencari-cari Mike dari akun sosial medianya. Dan aku menemukan nama Mike dari akun sosial medianya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung memulai obrolan dengannya.
Aku : “Hai Mike! Masih ingat denganku?”
Mike : “Hai! Tentu aku ingat selalu padamu, Let. Bagaimana kabarmu sekarang?”
Aku : “Alhamdulillah kabarku baik. Bagaimana denganmu?”
Mike : “Alhamdulillah kabarku baik tapi tak sebaik saat kau bersamaku. Aku rindu padamu, Let. Bisakah kita bertemu? Sungguh aku sangat sangat merindukanmu”
Aku : “Aku juga merindukanmu. Bisa kok. Kapan kau bisa bertemu? Dimana?”
Mike : “Aku tunggu kau di Cafe The Adorable jam 7 malam”
Aku : “Baiklah, aku akan datang”
     Saat ini aku sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Mike. Setelah siap, aku segera memasuki mobil putih bergambar hello kitty milikku dan langsung melajukan mobilku menuju Cafe The Adorable.
Setelah sampai di Cafe, aku langsung menyari Mike. Dan akhirnya aku menemukannya. Dan langsung saja aku memeluknya erat karena rindu. Kami pun berbincang-bincang dengan sangat asiknya.
“Let, kalau aku saat ini menjadi pecandu obat-obatan, apa kau masih ingin bersahabat denganku?” tanya Mike sambil menatap mataku.
“Tentu saja aku masih ingin bersahabat denganmu. Tapi dengan satu syarat. Kau harus berusaha untuk sembuh, tidak lagi menjadi pecandu obat-obatan.” jawab ku pada Mike sambil menatapnya serius.
“Baiklah aku akan rehabilitasi tapi kau harus janji tidak akan pergi meninggalkanku lagi ya. Aku sangat mencintaimu, Let.” kata Mike sambil berlutut padaku
“Apa? Kau mencintaiku? Bagaimana bisa? Kami bersahabat Mike!” kataku sambil menatapnya kecewa.
“Tapi aku mencintaimu, Let. Ku mohon jangan marah padaku, perasaan seseorang tidak ada yang tahu akan jatuh pada siapa” Mike terus memohon padaku
“Baiklah, aku tidak akan marah padamu. Tapi janji yak au akan sembuh”
“Iya aku berjanji untukmu”
Setelah 6 bulan dari pertemuan kami, Mike mendatangiku di rumahku. Dia telah sembuh dari kecanduan obat-obatan maka dari itu, dia berani mendatangiku di rumah. Dia telah melakukan rehabilitasi selama kurang lebih 6 bulan.
     Kami pun kembali seperti dulu saat kami kecil, bermain dan tertawa bersama-sama. Hingga status persahabatan kami bertahan selama 2 tahun dari awal kesembuhan dia pada kecanduan obat-obatan. Aku pun mulai mencintainya, diapun melamarku dihadapan kedua orangtuaku. Orangtuaku sangat senang dan menyetujuinya. Pada umurku tepat 22 tahun, kami melaksanakan pernikahan kami. Dan kami dikaruniai 2 anak kembar, 1 lelaki dan 1 perempuan.

     Akhirnya kehidupan persahabatan kami, kini menjadi kehidupan rumah tangga kami. Aku senang memiliki seseorang seperti Mike dalam hidupku.



Yuniar Maulia Fajrianti XI IPA 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar