• 2
  • IMG_20150423_133609
  • IMG_7489
  • javascript image slider
  • IMG_7497
21 IMG_20150423_1336092 IMG_74893 IMG_75854 IMG_74975
jquery image carousel by WOWSlider.com v8.8

Sabtu, 07 Oktober 2017

Agape on Retrograde





Suasana siang dengan matahari yang terik sepertinya berhasil
mengeringkan kerongkonganku. Dengan Elan dan Frea, teman kampusku aku berjalan menuju sebuah kafe kecil dekat kampus. Yang kubutuhkan hanyalah segelas es teh . Elan, seorang pemuda berkacamata dengan kulitnya yang mulai memerah memesan segelas soda gembira. Sedangkan Frea, ia memesan es krim coklat kesukaannya,sesuai kepribadiannya yang ceria, tipe orang yang merasa berkumpul tanpa mengobrol bagaikan rumah tak berpenghuni. Ia pun memulai obrolan.
“Sebenernya yang punya café ini alumnus SMA aku loh,dulu dia jadi idola banget waktu SMA.” Ujar Frea.
“Oh, Hansel ya? Sampe SMA gue tuh terkenalnya dulu hahaha. “ Sambung Erlan. Obrolan mereka berduapun berlanjut panjang lebar. Aku hanya terdiam melihatnya. Alasannya pertama aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Kedua , entah mengapa aku seperti tidak ingat SMA ku ataupun masa laluku.
“Ga, diem aja. Dulu SMA dimana?” Pertanyaan Erlan membuatku panik.

“Ehmm, gini lan. Ini ga bercanda tapi beneran lupa. Gue ga inget.”

Kemudian suasana hening.

“Kamu?! Masih 19 tahun udah pikun?” Tanya Frea dengan terkejut.

     “Beneran lupa? Gausah bercanda! Baru dua tahun lulus!” Elanpun tak kalah terkejut.
    
     Kekagetan teman-temanku membuatku semakin bingung. Seperti kehilangan arah, sepertinya otakku sedang diterjang badai. Mengingat masa lalu yang semudah membalikan telapak tangan malah mustahil bagiku saat ini. Bagaimana bisa aku melupakannya.

     “Inget nama panjang?” Tanya Elan,teman kampusku.

“Agape Agustian.”
    
“Keluarga?”
    
“Orang tua masih ada ,adik perempuan satu tapi ga inget nama.”

     “Ga kayanya kamu harus ke psikiater deh.”

     “Iya jangan-jangan lo amnesia, besok kita anterin.”
    
     Masih dengan suasana bingung yang bercampur penasaran, Elan dan Frea akan membawaku untuk pergi ke seorang Psikiater ternama di daerah ini dengan harapan untuk mengetahui apa yang terjadi padaku dan bagaimana masa laluku. Pemuda sepertiku tak mungkin pikun dan kalaupun aku amnesia karena kecelakaan, harusnya Elan dan Frea tahu. Setelah bersepakat untuk berangkat ketika kuliah selesai, kami pun saling melempar salam. Di kostanku aku terus berusaha mengingat kembali apa yang kulupakan. Dengan mengecek handphone aku berharap bisa menemukan sesuatu misalnya nomor telpon orangtuaku atau adikku ataupun foto bersama teman lamaku ataupun keluargaku, tapi hasilnya nihil. Kontak telpon handphoneku hanya bertuliskan nama-nama orang tapi tidak kutemukan nama keluargaku ataupun temanku.

     Keesokannya setelah selesai kuliah, Elan dan Frea membawaku ke Psikiater itu, Pak Rian namanya. Disebuah ruko besar bercat putih,terpampang jelas nama Psikiater itu. Namaku, Agape, dipanggil dan akan dibawa bertemu dengan seorang yang mungkin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Elan dan Frea tidak diizinkan untuk menemaniku ke ruangan Pak Zam.

     “Agape Agustian?”

     “Iya, nama saya, Pak Rian .”
    
     “ Silakan duduk mas Agape. Panggil saya kak aja, saya masih 30 tahun”
    
     Berusaha tenang, aku memberikan penjelasan kepada Kak Rian. Aku katakan padanya bahwa aku sesuai dengan gejala amnesia, tapi aku tidak tahu penyebabnya karena aku tidak pernah ingat pernah kecelakaan ataupun terbentur. Untuk mengetahui apakah ada kerusakan pada otakku, Kak Rian membawaku ke ruangan CT Scan. Kak Rian bilang baru dua hari kemudian hasilnya boleh diambil. Dengan perasaan kecewa karena tidak menemukan jawaban apapun akupun pulang dengan Elan dan Frea. Rasanya aku tidak bisa menunggu hingga dua hari kedepan aku memutuskan untuk menelpon Kak Rian .

     “Selamat sore Kak Rian, ini Agape. Maaf kak saya masih kecewa dengan hasil yang tadi. Saya belum-“ Belum kulanjutkan perkataanku dia sudah memotong. Sesuai permintaannya aku tetap memanggilnya kak.

     “Yaudah sekarang kamu datang lagi ke saya sekarang, saya tunggu.”

     “Iya kak saya datang.” Apakah sebenarnya Kak Rian sudah punya jawaban sedaritadi? Aku tak tahu tapi rasanya dia benar-benar tahu apa yang terjadi padaku. Mana mungkin seorang psikiater ternama sangat sulit mendiagnosis. Kututup telponnya dan aku pun segera beranjak menuju kliniknya. Baru saja akan membuka pintu tiba-tiba ada yang memanggilku.

     “Agape!” Akupun menoleh kebelakang.

     “Ayo naik ke mobil kakak.” Hah? Sekarang aku akan diajak pergi? Apakah seperti ini cara psikiater dalam mendiagnosis pasiennya? Akupun hanya menurutinya saja karena harapanku untuk menemukan jawaban tentang apa  yang terjadi mungkin ada di dalam mobil itu. Setelah aku duduk, Kak Rian langsung membawa mobilnya ke jalanan. Aku tak tahu akan dibawa kemana. Setiap kutanya Kak Rian  tidak mau menjawab akupun jadi ikut terdiam. Setelah satu jam perjalanan mobil Kak Rian mulai memasuki sebuah kompleks perumahan, kemudian ia berhenti di depan sebuah rumah. Kak Rian menyuruhku untuk keluar dari mobil dan baru saja aku keluar tiba-tiba seorang gadis remaja datang menghampiriku.

     “Kakak! Akhirnya kakak pulang!” ujar gadis itu dengan semangatnya. Kakak? Apakah itu berarti dia adikku? Dan rumah ini adalah rumahku?

     “AGAPE?! Kamu pulang?! Syukurlah!.” Ujar seorang pria berumur setengah abad.

     “Agape… Mama kira kamu marah sama mama.” Dari perkataan seorang wanita paruh baya itu akupun mendapatkan jawabannya , mereka keluargaku, orang-orang yang hampir kulupakan. Dengan aku yang linglung,aku berusaha menyadarkan kembali diriku bahwa mereka benar-benar keluargaku.

     “Agape, ini keluargamu. Tapi maaf bapak,ibu, dan adik , Agape sebenarnya amnesia ,Amnesia Retrograde. Amnesia tentang masa lalu. Jadi ia kurang mengingat kalian.” Semuanya terkejut.

     “KAKAK!!! Ini aku Alandra! Kakak harus inget!” ujar seorang yang mengaku adikku.

     “Tapi, Rian , Agape bisa ingat lagi kan?” Tanya mama.

     “Dari hasil CT Scan, luka di otak Agape tidak terlalu parah, kemungkinan besar ia akan segera sembuh dari Amnesia Retrograde itu.” Jelas kak Rian.

     “Lalu penyebab Amnesia Retrograde Agape kenapa?” Tanya ayah.

     “Lebih jelasnya kita bicarakan nanti saja ya. Biar Agape coba ingat-ingat lagi. Agape dari tadi kamu diam saja, bicara sana sama keluarga kamu! Kamu juga lupa kan dulu sering main bareng adikku? Aku ini tetanggamu.” Ujar Kak Rian yang memecahkan keheninganku.

     “Eh, hmm ntar aku coba inget-inget ya. Makasih Kak Rian udah bantuin sampe sejauh ini.”

“Makasih yaa Rian.” Ujar keluargaku serempak.

     “Iyaa sama-sama. Hmmm kalo gitu sekarang saya kasih tau penyebab Agape bisa Amnesia.”
    
     Kak Rian bercerita kalau ia mendengar dari Elan dan Frea kalau aku dipukul oleh seseorang dengan sebuah balok kayu kemudian orang itu kabur. Elan dan Frea pikir aku tidak apa-apa karena aku masih sadarkan diri dan tidak berdarah. Awalnya mereka kira orang itu adalah orang iseng namun setelah dilihat wajahnya ternyata dia dulu pernah satu SMA denganku, Kak Rian tahu dari adiknya, Ren yang ternyata teman lamaku . Dulu si pemukul itu adalah seorang yang sering membullyku. Ia kembali balas dendam padaku dengan cara yang aneh itu karena ia tidak suka denganku yang selalu dipuji saat SMA. Sekarang ia hanya seorang yang tidak disukai semua orang.


     Mendengar jawaban itu,perasaanku lega dan sedikit kesal. Namun sudahlah, seseorang yang menang bukanlah berdasarkan kekuatannya tetapi berdasarkan kesabarannya,menurut pandanganku. Akhirnya aku bisa tidur dengan tenang ditengah kehangatan keluargaku yang hampir hilang termakan Retrograde.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar