Ditemani hujan rintik, di tengah senja menuju gelap, aku berdiam diri
di kamarku sambil melamun menatap langit-langit kamarku. Ditengah lamunanku,
tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan masuklah bundaku. “Kamu lagi ngapain
sayang?” tanya bundaku.
“Aku gak lagi ngapa-ngapain kok bun...”
jawabku santai. “AH.. masa? Tadi bunda lihat kamu lagi ngelamun.. lagi
ngelamunin apa sih??” tanya bundaku penasaran. “Ih.. apa sih bunda, orang
Keisha gak ngelamunin apa-apa juga. Bunda sok tahu deh.” Jawab ku tegang. Dan bundaku-pun
pergi meningglkanku di kamar.
Akupun
melanjutkan lamunankku. Aku sedang melamunkan seseorng yang kusuka, ia adalah
kakak kelasku di sekolah. Namanya Rian, siswa kelas 12 IPA yang sangat populer
di sekolahku. Ia juga anak basket, tubuhnya tinggi dan badannya berotot, wajar
saja banyak cewe yang suka padanya. Tapi dia sangat cuek boleh dibilang ia juga
pendiam, jarang sekali berbicara. Tapi entah bagaimana aku bisa suka padanya.
Lamunanku terhenti kembali karena mendengar
adzan maghrib yang berkumandang. “KEISHAA... turun cepet, sholat maghrib!” dari
lantai bawah terdengar suara kakaku memanggil untuk sholat maghrib berjmaah.
Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil air wudhu dan menuju ke lantai bawah
untuk sholat. Setelah selesai aku pergi ke kamarku untuk mengerjakan PR ku.
Disela aku mengerjakan PR handphone ku berbunyi, mendakan telfon masukndan
ternyat dari sahabatku, Rara.
“Halo Assalamualikum, kenapa Ra?” Tanyaku
pada Rara.
“Kei lo lagi ngapain? Gue bete di rumah
nih, ke rumah lo yak gue?” Tanyanya balik kepadaku.
“Gue lagi ngerjain PR. Yaudah sini, gue
uggu. Kalau udah sampe langsung masuk aja.” Balasku dan menutup telfon.
Gak sampai 10 menit Rara sudah berada di
kamarku dan langsung menyerbu kasurku.
Kami
pun langsung saling bercerita tentang segala sesuatu hingga larut malam dan
setelah itu aku dan Rara pun tertidur.
***
“KRIIINNGGG..”
alarm handphoneku berbunyi, waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Namun aku dan Rara
tidak ada yang bangun, walaupun aku mendengar alarm berbunyi tapi aku tidak
membuka mataku untuk bangun. Alrmku terus berbunyi hingga pukul setengah 6 pagi
dan kamu belum ada yang bangun, padahal hari ini kami sekolah dan masuk pukul
7.
“TOK,
TOK, TOK” pintu kamarku berbunyi keras.
Langsung
ku buka mataku sambil membangunkan badanku dari kasur dan berjalan menuju
pintu. Ternyata Ka Vano yang membangunkanku. “Apa sih ka? Berisik tau, gak usah
kenceng-kenceng dong ngetok pintunya..” kataku.
“Kamu
ini, udah jam segini baru bangun, emang gak sekolah? Hah?? Dikira sekolahnya
deket ya??” kata Kak Vano kesal.
“Emang
jam berap......” kalimat ku terhenti saat melihat jam dindind di kamar.
Ternyata aku kesiangan.
“Iya
iya kak aku mandi, maksih kak!” kataku sambil lari membangunkan Rara.
“RARAAAAA
BANGUN CEPETANNNN!! KITA KESIANGAN!” kata ku teriak membangunkan Rara.
“Apa sih Kei, masih pagi juga udah
teriak-teriak aja.” Kata Rara bingung.
“Udah
cepetan mandii!!, kita tuh kesiangan, tuh liat udah jam 5 lewat 40 menit. Udah
tau lo mandi lamaa. Cepetan mandi!” kataku.
“Astagfirullah...
Siap BOSSS” balasnya.
Akupun
langsung mandi di kamar kakaku. Waktu yang aku dan Rara habiskan untuk mandi
dan siap-siap adalah 40 menit, setelah itu kami turun kebawah ketemu bunda dan
ayah.
“Bun,
yah aku sama Rara berangkat dulu ya... udah telat nihh” kataku.
“Makanya
bangun yang pagi, udah tahu sekolah bangun siang. Yaudah nih bunda dah siapin
bekel buat kalian berdua.” Balas bundaku.
“Iya
iya.. yaudah berangkat dulu, Assalamualikum.” “berangkat dulu om tante.
Assalamualikum.” Kataku dan Rara.
Kami
berangkat dengan mobil diantar Kak Vano. Dalam perjalanan aku dan Rara
deg-degan karena takut telat dan benar saja sampainya di sekolah pagar sudah
ditutup. Kamipun bergegas turun dan lari menuju kelas. Tiba di kelas ternyata
sudah ada guru dan saat itu akan dimulai pelajarn Pak Dayat guru kimia.
“Mati
kita Kei, udah ada guru.. gimana nihhh..” bisik Rara ketelingaku ketakutan.
“
Aduuhh ra gimana dong... Pasti dihukum deh nih... Pak Dayat lagi gurunya”
balasku juga ketakutan.
Pak Dayat berjalan mendekati kami, sambil
berbicara pelan ia berkata “Ayo olahraga, lari 7 putaran lapangan bola
sekarang!” Katanya menyuruh kami.
“IYA
PAK SIAP!” kataku dan Rara lagsung lari ke lapangan.
Sudah 5 putaran kami berlari, kaki sudah
terasa kaku, nyeri, dan juga pegel sekali.
“Rara
berenti dulu yuk.. istirahat bentar, capek banget gue. Kaki gue juga sakit
nih..”
“yaudah
yuk, gue juga capek banget.” Balas Rara sambil mengela nafas.
Akupun duduk sambil menyelonjorkan kaki
yang terasa sakit. Tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang yang sedang berjalan
dilorong menuju ruang guru. Sambil senyum-senyum sendiri aku menatapnya.
“Ngapain
sih Kei senyum-senyum sendiri?” tanya Rara bingung.
“Itu
ra..” kataku sambil menunjuk orang itu yang tak lain adalah Kak Rian Anak 12
IPA.
“Yaampuunn
itu toh. Udah ah gue lanjut lari aja. Dadah.” kata Rara meninggalkan ku.
“Ih
Raaa tungguin gue. Larinya pelan-pelan dong, kaki gue sakit nih” kataku. Sambil
terengah-engah aku berusaha berlari dengan menhan sakit di kakiku. Saat aku
berlari di putaran terakhir, aku berhenti tiba-tiba dan melongo melihat
seseorang berdiri di depanku.
“Nih
minum buat lo. Haus kan?” tanya orang itu dengan gayanya yang cool.
Aku tak meresepon apa yang orang itu
katakan.
“Hei!
Kesiha? Lo kenapa? Gak mau nerima minum dari gue ya?” katanya sambil
menggoyangkan tangannya di depan wajahku. Aku pun tersentak kaget.
“HAH?
Oohh bukan gitu kak Rian.. maaf tadi kaget aja...” ktaku gemetar
“Yaudah
nih minum buat lo” balasnya lagi
“iiiyaa
ka.. makasih yaa..” kataku masih gemetar.
Rara menghampiriku, ia juga kaget saat
melihat Rian memberi minum untukku.
“Yaudah
gue balik ke kelas dulu.” Kata Kak Rian
“Iiya
ka... makasih ya ka Rian sekali lagi..”
Dengan muka capek + Kaget aku mencoba
berjalan. Namun kakiku terasa sangat sakit.
“Auu..
sakit banget nih ra.. gimana dong?” keluh ku kesakitan.
Tiba-tiba Kak Rian mendekati ku, sambil
membalikan badannya dan memintaku naik ke atas punggungnya. Dari belakang aku
bisa melihat punggungnya yang brotot dan bahunya juga lebar. Aku makin
terkesima melihatnya. Aku berkata tidak kepadany, karena taku merepotkannya.
Tapi ia tetap memintaku naik ke punggungnya. Aku melirik kepada Rara yang ada
di sampingku, matanya berkedip-kedip. Aku tau maksudnya, ia menyuruhku naik ke
atas punggungnya. Dengan malu-malu aku naik ke atas punggnya, akupun
digendongnya menuju UKS. Hatiku sungguh berdebar bahkan badanku ikut gemetar.
Aku tak menyangka bahwa Kak Rian yang populer dan cuek mau meggendongku.
Akupun sampai di UKS, ia menurunkan ku
diatas ranjang UKS. Belum sempat aku mengucapkan terimakasih ia sudah pergi.
Ya... Aku tau memang sikapnya seperti itu, cuek. Akupun sendirian di UKS,
karena Rara harus kembali ke kelas memberitahu guru soal kondisiku dan ia juga
harus megikuti pelajaran. Aku sangat kesepian, karena di UKS tidak ada orang
kecuali aku. Aku ingin ke kelas, tapu kaki ku sakit sekali untuk berjalan.
Menunggu istirahat juga masi lama, sekita satu jam stngah lagi. Jaid aku hanya
bias tiduran sambil memainkan handphoneku.
“Duh.. ngapain ya.. bosen banget.” Kataku
berbicara sendiri.
Tiba-tiba seseorang datang. “Ra ngapain kok
gk ke kel...” kalimatku terhenti karena melihat orang itu bukan Rara.
“Ka-Ka
Rian? Ada apa ka? Bukannya kaka ke kelas ya? Atau kakak sakit??” tanya ku
kebinungan dan penasaran.
“Yang
pertama gue gak ke kelas tadi, yang kedua gue gak sakit, dan yang ketiga gue
kesini buat nemenin lo..” katanya sambil tersenyum melihatku.
“HAH?”
Kataku kaget
“Beneran
ka? Gak boong? Kakak sakit kan? Biar saya yang ngobatin ka...?” kataku
penasaran.
“Ia
Bener kok, gue kesini buat nemenin lo. Gue juga gak sakit kok. Sini kainya biar
gue kompres.” Katanya santai.
Akhirnya
Kak Rian menemaniu di UKS sampe jam istirahat. Ia mengompres kakiku dengan es
batu yang ia beli sampai kakiku mendingan. Aku sangat senang, aku gak nyangka
Ka Riaan baik anget sama adik kelasnya, padahal sebelumnya kau gak pernah lihat
dia seperti ini ke oranglain, bahkan temen kelas cewenya. Aku juga gak nyangka
kalau ka Rian aslinya seru banget, asik, dan humoris orangnya. Di UKS kita
berbicara banyak hal, aku dan Kak Rian juga banyak tertawa. Dan aku juga dapet
nomor telfonnya. Itu membuatku tambah senang.
“Makasih
banyak ya Kak Rian.. maaf udah ngerepotin kakak..” adalah kalimat terakhirku
sebelum bel istirahat bunyi.
***
Bel
pulag sekolah berbunyi, anak-anak langsung berlarin keluar kelas untuk pulang.
Sedangkan aku yang berjalan pelan-pelan menuju gerbang sekolah karena kakiku
masih sakit. Menunggu Sampai di gerbang
ternyata aku masih harus menunggu bersama Rara sampai kakak ku sampai.
“Kei,
Kak Vano mana sih?? Udah jam segini nihh.. lo udah telfon dia belum??”tanya
Rara kepadaku.
“Gak
tau ih gue juga, biasanya gak telat gini. Gue telfon juga gak diangkat-angkat.
Gimana ya?” jawabku.
“kaki
lo gimana Kei? Masih sakit? Lo duduk aja disana nanti gue panggil lo kalau udah
di jemput.” Kata Rara.
“Lumayan..
masih agak sakit, tapi gapapa kok, gue tunggu sini aja..” balasku santai.
15 menit menunggu Kak Vanopun datang, aku
dan Rara langsung pulang ke rumah.
Sesmpainya di rumah aku langsung tertidur,
sebelumya aku sudah mengantar Rara pulang terlebih dahulu. Tanpa kusadari malam
pun tiba, aku bangun dari tidurku dan langsung menuju kamar mandi untuk mandi.
“AAHH
segerrrr” kataku sambil menggosokkan rambutku dengan anduk.
Tiba-tiba handphone-ku bergetar, ada chat
masuk untukku.
“Hai
Keisha... Gimana Kakinya? Udah mendingan?” isi chat itu.
“Maaf,
ini siapa ya?”balasku.
“ini
Kak Rian Keisha...” Balasnya.
Aku langsung menjatuhkan handphoneku ke
atas kasur, aku sangat kaget, ternyata kak Rian yang mengechatku. Aku tak bisa
brkata apa-apa, dengan hati yang deg-degan aku balas chatnya.
“Oh
Kak Rian, maaf ka aku gak tau..”
“Alhamdulillah
udah mendingan ka..” balasku
“Alhamdulillah
kalau udah mendingan.” Balasnya.
“Iya
ka. Oh iya ka, makasih banyak ya ka, maaf aku udah ngerepotin kakak.”Jawabku
dengan rasa tidak enak.
“Gapapa
kok. lagian, masa nolong keisha gak boleh?” Jawabnya.
“Gitu
ya ka... hehehe iya ka..” kataku
Akhirnya semalaman aku chatan dengan kak
Rian, dan setelah itu aku tidur.
Keesokan paginya aku bangun tepat waktu,
jadi aku tidak kessiangan. Setelah aku sarapan aku pun bersiap-siap untuk
berangkat.
“Kak!
Kak Vano! Ayoo nanti aku kesiangan lagi nihh.” Teriaku memanggil kak Vano.
Namun Kak Vano tak terlihat di rumah.
“Kaka
Vano Lagi keluar, ke minimarket bentar lagi juga nyampe. Tunggu aja dulu.”
Jawab bunda ku.
“Ih
gak ah bun, Keisha berangkat sekarang aja, nanti keisha nyari angkot di depan.
Dari pada keisha telat terus suruh lari lagi, mending naik angkot aja. Yaudah
bun yah, Keisha berangkat, Asslalamualikum.” Kataku sambil berlari menuju pintu rumah.
“Iya
hati-hati, jangan lari keisha!” Teriak bunda.
Sampai di depan gang rumahku, aku pun
menunggu angkot. Namun ngkot belum ada yang lewat gang rumahku. Tiba-tiba dari
kejauhan terlihat motor ninja berwarna hitam jalan mendekatiku.
“Ikut
Gue aja yuk. Nanti telat lho...” kata orang itu.
“Kak
Rian? eeh gak usah kak, bentar lao angkotnya juga lewat kok ka.. aku gak mau
ngerepotin kaka lagi.” Kata ku pada orang itu yang ternyata adalah ka Rian.
“Gapapa Keisha, gak usah sungkan sama
Kakak.. lagian angkot belum ada jam segini, dari pada nunggu mending ikut
kakak.”
Dengan rasa tak enak aku terpaksa ikut
dengan Kak Rian, karena aku takut telat lagi.
Sampai di sekolah, murid-murid lain
memperhatikanku dan kak Rian, mereka sambil brbisiki dengan teman-temannya.
Akupun merasa takut karena mereka memperhatikanku dengan wajah yang tidak suka.
Wajar saja aku dateng denagn orang terpopuler di sekolahku. Langsung aku
berlari menuju kelasku di 11 IPA 1.
Pada saat jam pelajaran wali kelas ku, ia
memberi tahu bahwa kelas 11 dan 12 akan mengadakan staditur selama 3 hari 2
malam di jogja pada hari rabu besok hingga jumat. Kita akan berangkat pukul 5
pagi dari sekolah menggunakan bis.
Setelah bel pulang berbunyi aku langsung
pulang dan menyiapkan kebuthan untuk staditur besok. Saat aku sedang meniyapkan
barang-barang handphone-ku bergetar, ada chat masuk untukku, dan ternyata dari
Kak Rian.
“Hai
Kei, lagi apa?” Tanyanya.
“Hai
kak, aku lagi nyiapin barang-barang buat besok.” Balasku senang.
“Oalah,
sma dong kaka juga.” Balasnya.
“Iya
ka.. oiya ada apa kak ngechat aku?” tanyaku penasaran.
“Gapapa kaka bosen aja, tiba-tiba pengen ngechat
aja, heheh. Btw gimana kaki kamu? Udah sembuh?” Balas kak rian.
“Oalah
hehehehe makasih lho kak...”
“alhamdulillah
udah sembuh kok kak. Kan karna kakak, heheheh” kataku
“Alhamdulillah,
yaudah lanjutin siap-siapnya, kakak jjuga belm selesai. Oiya besok kamu dateng
jam setengah lima di depan gang kayak tadi pagi ya.” Katanya memintaku.
“Hah?
mau ngapain ka, pagi banget...?” kataku.
“Udah
dateng aja ya, akak tunggu disana. Dah...”tutupnya.
Akupun menuruti permintaannya dengan rasa
penasaran. Setelah semua siap akupun tidur, agar tidak kesiangan. Sebelum tidur
ku set alarm pukul 4 kurang 15. Keesokan paginya aku bangun dari tidur dan
langsung bersiap-siap untuk berangkat. Setelah semua siap, akupun pamit ke ayah
dan bunda ku.
“Yah,
bun, Keisha berangkat dulu ya..” Pamitku.
“Lho
gak sama kak Vano?” Tanya ayah.
“E-e-eh,
gak yah, aku bareng rara, dia udah
nunggu di depan gang rumah.” Balas ku berbohong kepada ayah.
“Yaudah
hati-hati ya nak, kalau udah nyanoe telfon ayah atau bunda ya.” Kata ayahku.
“Iya
yah, siap! Assalamualikum” balasku.
Aku langsung berangkat ke gang rumahku.
Sampai di sana aku belum melihat ka Rian, akupun menunggunya. Setelah 5 menit
iapun datang.
“Hai
Ka Rian....” Sapaku malu-malu.
“Hai
Kei, gimana udah siap?” balasnya
“Hah?
Siap? Siap buat apa?” kata ku
kebingungan.
“Ya
siap untuk staditur dong..” Katany.
“Ooohh..
iya ka siap kok. Oiya ka, kenapa kakak minta aku buat nunggu di sini?” kataku.
“Soalnya
kaka pengen beragkat bareng Keisha.. yaudah yuk berangkat..” balasnya.
“I-i-iya
kak..” balasku gugup.”
Sampai di sekolah ternyata sudah banyak
yang datang dan sekaanng menunjukan pukul setengah 5. Akhirnya semua anak kelas
11 dan 12 sudah berkumpul, kami pun langsung berangkat menuju jogja menbbunakan
bis. Waktu untuk sampai di Jogja cukup lama, jadi kami menghaiskan watu dijalan
dengan tidur, bercengkrama, makan, dan lainnya.
***
Kami pun sampai di Jogja setelah perjalanan
yang panjang, kami langsung masuk ke kamar hotel masin-masing untuk
bersitirahat dan memulai kegiatan besok pagi. Pagi pun tiba, aku keluar kamar
dan berdiri di taman hotel untuk menghirup udara segar smabil memegang sege;as
susu cokelat. Tiba-tiba dari belakangku muncul seseorng, yaitu Kak Rian. ia juga memegang segeleas susu
cokelat sama sepertiku dan ia juga membawa kamera yang ia kalungkan.
“lagi
ngapain Kei?” tanyanya.
“Lagi
cari udara seger aja, makanya aku ke sini. Kalau kaka lagi ngapain?” tanyaku
balik.
“ehmmm,
sama kaka juga lagi nyari udara seger, sambil foto-foto sesuatu yang ingin kakak
foto.” Balas nya sambil tersenyum melihatku.
“Ohh
gitu, ternyata kaka juga suka foto-foto ya... berati kaka jago dong.”
“Haha
gak juga, kakak gak jago. Kakak cuman suka foto-foto aja...” Balasnya
Ditengah percakapan kami, guru meanggil
kami untuk berkumpul. Setelah itu kami melakukan kegiatan pertama di sebuah
hutan lindung di Jogja.
Kami dibagi kelompok, dalam satu kelompok
terdiri dari 2 siswa kelas 11 dan 2 siswa kelas 12. Beruntungnya aku sekelompok
dengan Rara, namun aku tidak sekelompok dengan Kak Rian. Pembagian kelompok
selesai, kamipun langsung melakukan tugas yang diberikan oleh guru.
Aku dan kelompokku berkeliling hutan unuk
mencari sebuah pohon dan mengidentifikasinya, namu saat di perjalanan karna aku
dan Rara kelelahan akupun beristirahat sebentar. Saat kami mau melanjutkan,
ternyata kakak kelas 12 yang ada di kelompok kami tidak ada, mereka
meninggalkan kami, dan peta yang kami punya dibawa oleh mereka. Kamipun bingung
dan akhirnynya kami memutuskan untuk berpencar.
Aku yang tidak tau arah kemana harus pergi
hanya bsa berteriak meminta tolong, selama kurang lebih 1 jam berkeliling
hutan, aku belum menemukan siapa pun dan hari juga sudah semakin sore. Dengan
rasa takut dan langkah kaki yang tidak tau harus kemana juga air mata yang mulai
berjatuhan, aku tetap berjalan menysuri hutan sampai tiba-tiba aku melihat
seseorang berlari kearahku dan langsung memelukku. Disaat itu rasa takutku
hilang, aku merasa lega dan aku mulai menangis kencang karena sesuatu yang aku
bayangkan tidak akan terjadi. Au memeluk erat orang itu dan menangis di
pundaknya, saking aku senang melihat seseorang aku tidak sempat melihat siapa
dia.
“Aku
takut, aku takut, au takutt...” dalam pelukan nya aku berkata sambil menangis.
“Gak
usah takut lagi, ada aku di sini, jagan takut..” katanya sambil mengelus
kepalaku.
Selama beberapa saat aku dalam pelukannya,
aku pun melepaskannya. Saat melihat itu siapa, aku sangat terkejut. Ia yang
berlari ke arahku dan langsung memelukku jug mengelus kepala adalah Kak Rian.
Ia menatapku seperti orang yang sedang khawatir.
“Kamu
gapapa kan? Kamu baik-baik aja kan?” Tanya khwatir sambil memgang kedua pipiku.
“Aku
gapapa kak..” jawabku singkat dengan menggelengkan kepalaku.
Ia langsung memelukku lagi. Beberapa saat
kemudian ia melepasnya. Setelah itu kamipun
duduk untuk menunggu pertolongan. Dengan rasa canggung kami duduk.
Tiba-tiba kak Rian berbicara.
“Maaf
ya tadi kakak takut banget, kaka refleks langsung meluk kamu...” katany
canggung.
“I-i-iya
kak, gapapa kok, makasih ya kak. Maaf Keisha selalu ngerepotin kakak.” Kataku.
“Oiya,
kakak pengen ngomong sesuatu, sebelumnya kakak pngen nunjukin ini..” katanya
sambil menyerahkan kamerany kepadaku, memintaku untuk melhat foto-fotonya. Saat
aku melihat fotonya aku diam sejenak.
“Ini
foto aku ka? Maksudnya apa ya? Kok aku gak ngerti...” kataku setelah diam
sejenak.
“Sebenarnya
udah lama aku meratiin kamu, saat waktu yang tepat aku selalufoto kamu, sampai
tadi pagi puna ku memoto kamu..” penjelasannya.
“Ma-ma-maksudnya
kak??” kataku gugup.
“Aku..
menyukaimu.. udah lama aku mendam perasaan ini sampai waktu yang tepat da
sekarang waktu yang tepat menurut kakak... maaf kaka mengungkapkan ini disaat
kayak gini..” katanya.
Aku benar-benar tidak bisa bicara apa-apa,
aku kaget dengan yang kak Rian bilang padaku. Tapi di satu sisi aku senang,
seseorang kusuka sejak lama ternyata juga suka padaku.
“E-e-e-hh,
sebenarnya, aku..... juga sama kakak, aku udah lama suka sama kaka sejak kelas
10, tapi aku gak berani bilang apa-apa sama kakak..” balasku.
Akhirnya di tengah hutan, dikelilingi
pohon, dan dipayungi senja yang indah aku dan Kak Rian berpelukan dan aku
berjanji kepada semesta untuk menjaga dia, seperti dia menjagaku saat itu..
Siti Nabila Purpitaning Aji – XI IPA 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar