Pada suatu hari, cuacanya sedang tidak bersahabat. Aku sedang berjalan
tanpa tujuan. Aku tidak tahu kemana harus pergi. Tubuhku yang kecil tidak bisa
melakukan apa apa. Tiap kali ku hanya berjalan dan duduk di tempat yang
beralaskan kayu. Tiap kali ku menatap langit, ternyata tidak ada yang indah di
langit. Hanya ada awan yang berwarnakan abu abu dan tetesan air dari langit.
Setetes air mengalir ke muka turun hingga ke bawah kaki. Saat seperti ini ada
saja yang selalu mengganggu pikiranku, itu adalah”aku ini sebenarnya
siapa,mengapa aku berada di dunia ini?”Itulah yang mengganggu pikiranku saat
hujan turun.
Hari demi hari berlalu tanpa terhitung olehku. Tapi aku tidak peduli
meski sudah berlalu, karena menurutku hal itu tidaklah begitu penting untuk
diingat maupun dipikirkan. Meski begitu suram bagiku, tetap saja tidak akan
bisa hilang seperti hembusan debu. Tiba-tiba saja aku melihat seseorang, dia
seorang laki laki yang seumuran sama denganku. Aku tidak mengenalinya, bahkan
namanya saja aku tidak tahu. Dia berjalan sambil membawa 4 buah roti yang
besar. Dibandingkan denganku yang hanya memiliki sebuah pisau di pinggang saja.
Anak laki laki yang membawa roti tersebut terlihat gembira sekali, tampak
terlihat berbunga-bunga di sekitarnya. Kemudian munculah segerombolan anak muda
bertiga datang kepada seorang anak kecil yang membawa roti tersebut. Tanpa di
sengaja anak kecil tersebut menabrak segerombolan tiga orang
tadi.”aduh…maaf!!!”kata anak kecil tadi yang membawa roti. Dengan tidak sengaja
menabrak tiga orang tadi, situasinya tampak berubah. Tiga orang tadi tiba-tiba
saja marah.”Hei anak kecil…! Berani sekali kau menabrak kami!!! Kau tidak tau
kami siapa haahh!?”kata si tiga pemuda yang ditabrak tadi. Tampaknya anak kecil
membawa roti yang terjatuhpun menangis.
Kemudian anak kecil yang terjatuhpun di pukuli dan di tending oleh tiga
pemuda tadi. Disaat itu tiba-tiba saja perasaanku merasa tidak enak. Munculah
dua pilihan yang ada di pikiranku. Aku harus memilih antara menolongnya atau
abaikan saja si anak kecil terjatuh itu. Saat itu tubuhku gemetar, tampak
seperti aku tidak terima jika mereka melakukan seperti itu kepada dia. Jadi aku
langsung berlari dengan kencang dan mencoba berhadapan dengan mereka
bertiga.”Hentikan…..!!!”teriakanku sambil aku memukul salah satu dari mereka
yang mencoba menyiksa anak kecil terjatuh tadi.
“Sial…hei anak kecil!!! Mau menantang kami hah!?”Tanya si pemuda dengan
emosi. Di keadaan yang ramai ini membuat semua orang menjadi panic dan takut.
Tiba-tiba saja ada seorang polisi kota meleraikan kami. Aku di minta keterangan
lebih jelas kepada para polisi tersebut. Lalu anak laki-laki tadi tersenyum dan
berkata”Terima kasih sudah menolongku. Namaku Clein siapa namamu ?” aku pun
terdiam dan berfikir. Apa aku harus menjawab pertanyaan itu? Atau abaikan saja
pertanyaannya?. Semua pilihan tersebut membuatku bingung.”ahh apa kau juga
tinggal disini?” Tanya rein. Aku pun masih saja bingung, mungkin jika aku
menjawabnya maka dia akan senang. Lalu aku mencoba mengingat apa saja yang ada
di pikiranku.”aku…namaku…siapa..?”jawabku dengan penuh kebingungan, ternyata
aku lupa bahwa aku tidak memiliki sebuah nama.”apa kau tidak ingat???”Tanya
rein.”namaku…siapa.?aku siapa.?”jawabku dengan gugup. Kemudian rein tersenyum
dan bertanya”maukah kau ikut denganku?mungkin aku harus memanggilmu Arata”.
Pertama kalinya ada seseorang yang baik hati dan memberikanku sebuah
nama. Entah mengapa aku merasakan pertama kalinya rasa senang. Meski sedikit
gugup untuk menjawab pertanyaan rein.”Jadi Arata maukah kau ikut denganku
pulang ke rumah? Rumahku tidak jauh dari sini. Tinggalah bersamaku dan jadilah
temanku arata. Kau mau ?”Tanya Rein dengan senang. Selama ini hidupku selalu
suram. Layaknya awan yang bewarna abu abu, kini berubah seketika. Mungkin jika
aku jawab ya rein pasti akan senang.”apa aku boleh tinggal di rumahmu rein ?”
Tanyaku ke Rein,”tentu saja boleh…!”jawab Rein dengan tersenyum
gembira.”baiklah jika itu yang kau mau Rein”jawabku sambil menunduk malu.
”Benarkah? wah senang sekali. Salam kenal Arata. Mulai sekarang kau akan
menjadi temanku”. Saat itulah aku pertama kali mendengar kata teman dari rein.
“teman? Apa itu?” tanya ku kepada Rein. “teman adalah sesuatu yang dapat
membuatmu merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Wah… awannya berubah menjadi
putih”. Jawab Rein sambil memandang awan. Lalu aku pun juga memandang awan
diatas. Yang selama ini ku lihat hanyalah awan yang bewarnakan abu abu saja.
Ternyata inilah pertama kalinya ku melihat awan berwarna putih cerah, di
sekelilingnya ada cahaya berwarna kuning mengarah kepadaku. Baru kali ini aku
mendapatkan sebuah kehangatan dan kebahagiaan. Kemudian aku pun ikut dan
tinggal di rumahnya Rein dengan perasaan senang. Kami berdua pun akhirnya
selalu bahagia setiap saat.
Karya:lhsanul faith Muhammad
Kelas: XI-IPS2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar