• 2
  • IMG_20150423_133609
  • IMG_7489
  • javascript image slider
  • IMG_7497
21 IMG_20150423_1336092 IMG_74893 IMG_75854 IMG_74975
jquery image carousel by WOWSlider.com v8.8

Sabtu, 07 Oktober 2017

Warna Putih Tidak Seputih Awan

  Pada suatu hari, cuacanya sedang tidak bersahabat. Aku sedang berjalan tanpa tujuan. Aku tidak tahu kemana harus pergi. Tubuhku yang kecil tidak bisa melakukan apa apa. Tiap kali ku hanya berjalan dan duduk di tempat yang beralaskan kayu. Tiap kali ku menatap langit, ternyata tidak ada yang indah di langit. Hanya ada awan yang berwarnakan abu abu dan tetesan air dari langit. Setetes air mengalir ke muka turun hingga ke bawah kaki. Saat seperti ini ada saja yang selalu mengganggu pikiranku, itu adalah”aku ini sebenarnya siapa,mengapa aku berada di dunia ini?”Itulah yang mengganggu pikiranku saat hujan turun.

  Hari demi hari berlalu tanpa terhitung olehku. Tapi aku tidak peduli meski sudah berlalu, karena menurutku hal itu tidaklah begitu penting untuk diingat maupun dipikirkan. Meski begitu suram bagiku, tetap saja tidak akan bisa hilang seperti hembusan debu. Tiba-tiba saja aku melihat seseorang, dia seorang laki laki yang seumuran sama denganku. Aku tidak mengenalinya, bahkan namanya saja aku tidak tahu. Dia berjalan sambil membawa 4 buah roti yang besar. Dibandingkan denganku yang hanya memiliki sebuah pisau di pinggang saja. Anak laki laki yang membawa roti tersebut terlihat gembira sekali, tampak terlihat berbunga-bunga di sekitarnya. Kemudian munculah segerombolan anak muda bertiga datang kepada seorang anak kecil yang membawa roti tersebut. Tanpa di sengaja anak kecil tersebut menabrak segerombolan tiga orang tadi.”aduh…maaf!!!”kata anak kecil tadi yang membawa roti. Dengan tidak sengaja menabrak tiga orang tadi, situasinya tampak berubah. Tiga orang tadi tiba-tiba saja marah.”Hei anak kecil…! Berani sekali kau menabrak kami!!! Kau tidak tau kami siapa haahh!?”kata si tiga pemuda yang ditabrak tadi. Tampaknya anak kecil membawa roti yang terjatuhpun  menangis.

  Kemudian anak kecil yang terjatuhpun di pukuli dan di tending oleh tiga pemuda tadi. Disaat itu tiba-tiba saja perasaanku merasa tidak enak. Munculah dua pilihan yang ada di pikiranku. Aku harus memilih antara menolongnya atau abaikan saja si anak kecil terjatuh itu. Saat itu tubuhku gemetar, tampak seperti aku tidak terima jika mereka melakukan seperti itu kepada dia. Jadi aku langsung berlari dengan kencang dan mencoba berhadapan dengan mereka bertiga.”Hentikan…..!!!”teriakanku sambil aku memukul salah satu dari mereka yang mencoba menyiksa anak kecil terjatuh tadi.

  “Sial…hei anak kecil!!! Mau menantang kami hah!?”Tanya si pemuda dengan emosi. Di keadaan yang ramai ini membuat semua orang menjadi panic dan takut. Tiba-tiba saja ada seorang polisi kota meleraikan kami. Aku di minta keterangan lebih jelas kepada para polisi tersebut. Lalu anak laki-laki tadi tersenyum dan berkata”Terima kasih sudah menolongku. Namaku Clein siapa namamu ?” aku pun terdiam dan berfikir. Apa aku harus menjawab pertanyaan itu? Atau abaikan saja pertanyaannya?. Semua pilihan tersebut membuatku bingung.”ahh apa kau juga tinggal disini?” Tanya rein. Aku pun masih saja bingung, mungkin jika aku menjawabnya maka dia akan senang. Lalu aku mencoba mengingat apa saja yang ada di pikiranku.”aku…namaku…siapa..?”jawabku dengan penuh kebingungan, ternyata aku lupa bahwa aku tidak memiliki sebuah nama.”apa kau tidak ingat???”Tanya rein.”namaku…siapa.?aku siapa.?”jawabku dengan gugup. Kemudian rein tersenyum dan bertanya”maukah kau ikut denganku?mungkin aku harus memanggilmu Arata”.

   Pertama kalinya ada seseorang yang baik hati dan memberikanku sebuah nama. Entah mengapa aku merasakan pertama kalinya rasa senang. Meski sedikit gugup untuk menjawab pertanyaan rein.”Jadi Arata maukah kau ikut denganku pulang ke rumah? Rumahku tidak jauh dari sini. Tinggalah bersamaku dan jadilah temanku arata. Kau mau ?”Tanya Rein dengan senang. Selama ini hidupku selalu suram. Layaknya awan yang bewarna abu abu, kini berubah seketika. Mungkin jika aku jawab ya rein pasti akan senang.”apa aku boleh tinggal di rumahmu rein ?” Tanyaku ke Rein,”tentu saja boleh…!”jawab Rein dengan tersenyum gembira.”baiklah jika itu yang kau mau Rein”jawabku sambil menunduk malu. ”Benarkah? wah senang sekali. Salam kenal Arata. Mulai sekarang kau akan menjadi temanku”. Saat itulah aku pertama kali mendengar kata teman dari rein. “teman? Apa itu?” tanya ku kepada Rein. “teman adalah sesuatu yang dapat membuatmu merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Wah… awannya berubah menjadi putih”. Jawab Rein sambil memandang awan. Lalu aku pun juga memandang awan diatas. Yang selama ini ku lihat hanyalah awan yang bewarnakan abu abu saja. Ternyata inilah pertama kalinya ku melihat awan berwarna putih cerah, di sekelilingnya ada cahaya berwarna kuning mengarah kepadaku. Baru kali ini aku mendapatkan sebuah kehangatan dan kebahagiaan. Kemudian aku pun ikut dan tinggal di rumahnya Rein dengan perasaan senang. Kami berdua pun akhirnya selalu bahagia setiap saat.    


Karya:lhsanul faith Muhammad

Kelas: XI-IPS2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar