• 2
  • IMG_20150423_133609
  • IMG_7489
  • javascript image slider
  • IMG_7497
21 IMG_20150423_1336092 IMG_74893 IMG_75854 IMG_74975
jquery image carousel by WOWSlider.com v8.8

Sabtu, 07 Oktober 2017

Kehidupan dalam Kegelapan

Suatu pagi, Ameer sedang bercerita kepada dua orang sahabatnya yaitu, Galuh dan Wahyu tentang Hutan Larangan.
“Luh, Yu, kamu tau kan Hutan Larangan yang ada di desa kita ini?” tanya Ameer
“Tau lah, Hutan Larangankan sudah terkenal dan banyak cerita bermacam-macam dari tuh hutan” jawab Wahyu
“Ah masa sih? Kamu jangan ngada-ngada” kata Ameer
“Iya, saya pernah dikasih tau sama tetangga sebelah saya, katanya ada orang yang masuk sana tapi gak bisa kembali lagi.” kata Galuh
“Kamu tuh percayaan saja sama yang kayak gituan” kata Ameer
“Ya kita mah percaya-percaya saja Meer” jawab Galuh dan Wahyu
“Emangnya siapa orang yang ilang di Hutan Larangan itu?” kata Ameer kepada Wahyu
“Kalau gak salah denger sih yang ilang itu bang Sarif” jawab Galuh
“ Coba ceritaan nanti pas jam istirahat, saya gak tau ceritanya” kata Ameer
    Setelah itu mereka kembali ketempat duduknya masing-masing, karena bel sudah berbunyi.        Selama pelajaran dimulai Ameer masih memikirkan tentang Hutan Larangan itu dan dia bertanya  tentang Hutan Larangan kepada teman sebangkunya. Dua jam sudah berlalu dan tiba lah waktu istirahat. Ameer dan sahabatnya tidak pernah jajan di kantin sekolahnya, karena meraka memakan bekal yang ia bawa dari rumah. Setelah selesai makan, Ameer  mengajak ngobrol kembali tentang Hutan Larangan itu.
“Awalnya itu bang Sarif sering bolak-balik masuk situ tapi suatu hari dia masuk Hutan Larangan dan tidak kembali lagi.” kata Galuh
 “Iya tah?” kata Ammer dan Galuh
“Iya,  sudah berbulan-bulan bang Sarif belum juga ketemu” jawab Galuh
“Belum ketemu gimana maksudnya” jawab Ameer
“Belum tau ceritanya?” tanya Wahyu
“Belum, coba Wahyu tolong certain gimana kejadiannya” kata Ameer
“Kata orang-orang di desa kita ini bang Sarif mati terbunuh oleh orang asing yang ada di Hutan Larangan.” Jawab Wahyu
“Terus mayatnya sudah ditemukan?” tanya Galuh
“Mayatnya sampai sekarang ini belum ditemukan, kemungkinan katanya mayatnya di makan sama binatang-binatang buas.” Kata Wahyu
    Bel istirahat berbunyi, semua anak-anak kembali ke kelasnya masing-masing. Dan melanjutkan pembalajaran sampai jam 1 siang. Bel pulang pun berbunyi, semua peserta didik bersiap-siap pulang. Dan sore harinya Ameer, Wahyu, dan Galuh bermain bola di lapangan. Sore menjelang maghrib semua naka-anak yang bermain bola di lapangan pulang ke rumah masing-masing. Saat tiba di rumah Ameer bercerita tentang Hutan larangan tersebut kepad kakaknya yang bernama kak Putri.
“Kak Putri, kakak tau gak Hutan Larangan?” tanya Ameer kepada kakaknya
“Tau lah, hutan yang terkenal di desa kita itu kan? Kenapa kamu nanya gitu?” tanya balik kak Putri kepada Ameer
“Gak ada apa-apa sih kak” jawab Ameer
“Awas aja kamu kaau main-main ke dalam Hutan Larangan itu, kakak laporin kamu kalau kau main-main di Hutan Larangan itu, apa lagi kalau masuk ke dalam hutannya.” Kata kak Putri
“Iya kak, Ameer gak akan main ke Hutan Larangan.” Jawab Ameer
“Ya sudah sana kamu solat, nanti keburu isya kamu.” Kata kak Putri
“Siap kakak” jawab Ameer
     Ameer pun shalat dan setelah shalat Ameer dan keluarga makan malam. Keesokan paginya iya berolahraga di sekitar rumahnya, karena hari sabtu sekolah libur dan Ameer manfaatkan pagi-paginya untuk berolahraga. Setelai selesai olahraga Ameer bergegas mandi dan sarapan pagi. Setelah selesai makan Ameer kembali ke kamar untuk membaca komik atau buku lainnya. Di tengah-tengah membaca Ameer membuka laptopnya untuk mengajak main sahabat-sahabatnya di rumahnya.
“Assalamu’alaikum Ameer..Ameer.” panggil Galuh dan Wahyu
“Waalaikum salam, eh ada Wahyu dan Galuh, silahkan masuk.” Kata kak Putri kepada Galuh dan Wahyu
“Iya kak.” Jawab Wahyu dan Galuh
“Ameernya ada di kamar, kamu masuk aja ke kamarnya Ameer ya.” kata kak Putri
    Wahyu dan Galuh masuk ke dalam kamar Ameer, dan mereka bertiga bercerita-cerita tentang Hutan Larangan.
“Bagaimana kalau kita mencari tahu tentang Hutan Larangan itu” kata Galuh
“Yaudah kita harus cari tahu, semua warga sudah resah tentang hutan tersebut” jawab Ameer
“Bagaimana Yu,mau ikut gak?” kata Galuh kepada Wahyu
“Hhmm…yaudah deh saya ikut” jawab Wahyu
“Besok pagi kita harus ke Hutan Larangan, sebelum berangkat kita harus makan dan ingat jangan lupa bawa bekal dan minum” kata Ameer
     Besok paginya mereka kumpul di rumah Ameer dan memulai perjalanannya, setelah sampai di Hutan Larangan mereka tidak lupa menandai jalan untuk masuk dan keluar agar mereka tidak tersesat di dalam hutan. Di tengah-tengah perjalanan, Wahyu melihat sosok bang Sarif dan ia menanyai kepada teman-temannya.
“Eh itu bukannya bang Sarif ya?” kata Wahyu kepada Ameer dan Galuh
“Yang mana Yu?” jawab Ameer dan Galuh
“Itu loh yang lagi ngecangkul” kata Wahyu sambil menunjuk
“Oh iya ya, itukan bang Sarif” jawab Ameer dan Galuh
“ Kita samperin yuk” ajak Ameer
“Yuk lah kita samperin” jawab Wahyu dan Galuh
     Merekapun menyamperin bang Sarif
“Bang Sarif? Benerkan ini bang Sarif?” kata Ameer, Galuh, dan Wahyu
“iya, ini bang Sarif” jawa bang Sarif
“Tapi kan bang Sarif udah meninggal” kata Galuh
“Kalau bang Sarif udah meninngal, kalian ngomong sama siapa coba?” jawab bang
“Oh iya ya” kata galuh
“Terus selama ini bang Sarif tinggal dimana?” kata Wahyu
“Bang Sarif tinggal di perkampungan, perkampungan itu gak jauh dari sini” kata bang Sarif
“Terus kenapa bang Sarif tinggal di perkampungan itu? Kan bang Sarif punya rumah” kata Ameer
“Bang Sarif kerja mencari getah pohon karet, dari rumah mencari pohon karet itu satu jam lebih” jawab bang Sarif
“Terus kenapa bang Sarif gak pulang, bang Sarif udah berbulan-bulan gak pulang, semua warga di desa kita banyak yang bilang bang Sarif udah meninggal” kata Ameer
“Bang Sarif lagi kerja menanam buah-buahan dan sayur-sayuran, butuh waktu berbulan-bulan untuk panen, jika sudah panen bang Sarif bakal balik lagi ke desa untuk menjual hasil panenannya” jawab bang Sarif
“Oalah gituh toh bang” kata Ameer
“Iya, Meer” jawab bang Sarif
“Bang kita-kita pulang dulu ya bang” kata Galuh
“Iya, hati-hati di jalan ya kalian” kata bang Sarif
“Iya bang” jawab mereka bertiga\
     Mereka bertiga pulang ke desa, sesampainya di desa meraka langsung memberi tahu kepada kepala desa, setelah mereka member tahu ke kepala desa akhirnya kepala desa percaya dan besok paginya mereka dan warga-warga datang ke Hutan Larangan.
“Assalamu’alaikum pak kepdes” kata bang Sarif
“Waalaikum salam Rif, ini bener kan Sarif anaknya pak Mamet?” kata kepala desa
“Iya pak, ini ada apa ya pak serombongan ke Hutan Larang?” jawab bang Sarif
“Ini loh kita mencari tau apa yang dikatakan anak tiga nih, eh ternyata bener” kata kepala desa
“Rif kata Ameer dan teman-temannya kamu tinggal di perkampungan ini? Kata salah satu warga
“Iya pak, silahkan kalau mau lihat desanya, tidak jauh dari sini kok pak” kata bombongan dari bang Sarif
Rombongan dari desa melihat-lihat perkampungan dalam hutan tersebut, setelah selesai melihat-lihat rombongan balik ke kantor kepala desa dan kepala desa member pengahargaan kepada Ameer, Wahyu, dan Galuh.



Rista Ayu Ningtias

Tidak ada komentar:

Posting Komentar